Sabtu, 12 Maret 2011

Tentang Pengarang

Aku adalah warga negara Kanada keturunan Iran. Aku menerima pendidikan Islam di sekolah saat negara Iran masih sekuler, dan pada waktu itu meskipun kebangkitan Islam sudah tampak beriak di permukaan, namun belum meledak. Saat itu hanya sedikit orang yang menyadari keadaan sebenarnya. Aku meninggalkan Iran sewaktu remaja sebelum terjadi Revolusi Islam untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Eropa. Di Eropa aku belajar berpikir merdeka dan tentang demokrasi. Demokrasi adalah konsep yang sama sekali asing dalam pemikiran Muslim sampai-sampai tiada kata yang sama artinya dengan kata ini dalam bahasa Arab atau bahasa lain yang dipakai Muslim. Jika mereka tidak punya kata untuk istilah tertentu, maka mereka tidak tahu apa maknanya pula.

Setelah belajar sejarah filosofi Barat dan melihat perkembangannya yang mengakibatkan terjadinya Renaisans dan Pencerahan, aku mengambil kesimpulan bahwa dunia Muslim terbelakang karena mereka tidak memiliki kebebasan dalam berpikir. Akan tetapi, baru setelah membaca Qur’an dari halaman pertama sampai akhir, untuk pertama kalinya aku menyadari alasan keterbelakangan Muslim adalah Islam.

Setelah membaca Qur’an, aku kaget sekali. Aku sangat terkejut melihat kekerasan, kebencian, ketidaktepatan, kesalahan sains, kesalahan matematika, logika yang jungkir balik, kesalahan tata bahasa dan ketetapan etika yang tidak jelas. Setelah masa penuh rasa bimbang, bersalah, tak tentu arah, batin tertekan, dan marah, akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa Qur’an bukanlah buku Tuhan, tapi buku penuh ayat-ayat setan, kepalsuan dan hasil dari pikiran yang sakit jiwa. Aku merasa seperti terjaga dan menyadari apa yang kualami bagaikan mimpi.

Setelah mempelajari literatur-literatur Islam yang diakui Muslim, seperti hadis dan Sirat Rasul Allah (biografi Muhammad), aku jadi yakin bahwa penyakit-penyakit yang dialami dunia Muslim disebabkan oleh Islam dan agama ini merupakan ancaman serius bagi umat manusia. Seperti yang selanjutnya dapat dibaca di buku ini, Islam adalah paham yang menghancurkan dan anti kemanusiaan yang langsung mencerminkan pikiran Muhammad.

Aku melancarkan anti-jihad di tahun 1998. Pikiran untuk merubah Islam tidaklah mungkin. Islam bagaikan batu yang keras. Kau tidak dapat membentuknya, tapi kau bisa menghancurkannya berkeping-keping dan menggerusnya. Para Muslim sadar akan kelemahan Islam dan itulah sebabnya mereka begitu tidak toleran pada kritik akan Islam. Islam itu bagaikan rumah kartu, yang ditunjang kebohongan-kebohongan; yang dibutuhkan untuk menghancurkannya adalah menantang satu dari kebohongan-kebohongan yang saling berkaitan menopang Islam. Islam bagaikan gedung yang tinggi, yang berdiri di atas pasir; begitu pasir disingkirkan dan fondasi diperlihatkan maka struktur bangunan akan runtuh dengan sendirinya.

Di tahun 2001, aku mengumumkan bahwa Islam akan lenyap bagaikan kenangan buruk dalam waktu sekitar tiga dekade dan akan banyak yang menyaksikan akhir Islam di masa hidupnya. Pernyataanku mengejutkan banyak orang. Aku akui, akupun awalnya ragu untuk menyatakan hal itu karena akan ada banyak orang yang mengatakan hal itu tidak masuk akal dan bahkan ngawur. Tapi semakin aku memikirkan hal itu, semakin yakin pula aku. Saat ini, banyak orang lain yang juga melihat proses kematian Islam yang tidak dapat dihindari lagi. Bisikan-bisikan kritik terhadap Islam terdengar di mana-mana, baik dari mereka yang lahir di dunia Islam atau bukan. Sudah semakin jelas tampak bahwa masalahnya bukan terletak pada diri Muslim dan bagaimana mereka mengertikan Islam, tapi pada Islam itu sendiri.

Muslim adalah korban utama dari Islam. Tujuanku menulis buku tidak hanya untuk menunjukkan bahaya Islam, tapi juga menyelamatkan Muslim dari belenggu kebohongan ini. Aku ingin menyelamatkan mereka dari usaha meledakkan dunia, membuat mereka sadar bahwa umat manusia adalah satu keluarga, dan menolong mereka bersatu kembali dengan umat manusia, untuk hidup makmur dan damai. Aku mengharapkan kesatuan umat manusia, tidak dengan menawarkan paham kepercayaan baru yang akhirnya malah sering memecahbelah manusia, tapi dengan menunjukkan dan menghapus kepercayaan penuh kebencian yang terutama di dunia.

Banyak Muslim yang bingung dan tidak tahu harus mencari jawaban ke mana. Mereka sudah siap untuk meninggalkan Islam tapi tidak tahu harus berbuat apa. Mereka memerlukan jawaban dan kelompok yang mendukungnya. Situs yang kudirikan yakni www.faithfreedom.org bertujuan untuk memberi keterangan yang dibutuhkan Muslim yang bingung. Teknologi internet memungkinkan seorang netter merahasiakan jati diri dan jadi anonim. Internet merupakan tempat ideal bagi murtadin untuk bertukar pikiran, menjelaskan keraguan yang dialami, membagi pengalaman, mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Islam sudah runtuh sejak dulu jika Muslim dapat bertanya secara kritis akan ajaran ini tanpa merasa takut kehilangan nyawanya. Islam terus ada sampai kini hanya karena Islam berhasil memberangus semua kritik.

www.faithfreedom.org dibaca jutaan orang di seluruh penjuru dunia. Situs ini jadi ajang pertemuan mereka yang khawatir akan ancaman Islam dan ingin tahu apa yang menyebabkan beberapa Muslim begitu membenci dan melakukan perbuatan2 biadab. Faith Freedom International (FFI) telah berkembang menjadi suatu gerakan. FFI adalah gerakan murtadin yang bertujuan untuk (a) mengungkapkan Islam yang sebenarnya dan menunjukkan ideologi penjajahannya yang sama seperti Nazisme tapi dibungkus rapi dalam kedok agama, dan (b) untuk menolong Muslim meninggalkan Islam, menghentikan budaya benci yang menyebabkan timbulnya anggapan “kami” (Muslim) lawan “mereka” (non-Muslim) dan merangkul umat manusia secara damai. Murtadin baru bermunculan setiap hari dan mereka pun pada gilirannya menjadi prajurit-prajurit terang lawan kegelapan dan jumlah mereka semakin banyak. Yang awalnya hanyalah riak sekarang telah menjadi gelombang. Dalam perang ini, pihak musuh beralih menjadi rekan dan bahkan sekutu terbaik!

Jim Ball yang adalah penyiar radio utama Sidney menulis: “Ali Sina adalah murtadin Iran yang memelopori website faithfreedom.org. Bersama-sama dengan murtadin-murtadin lainnya seperti Ibn Warraq, Sina adalah ujung tombak gerakan murtadin pertama dalam sejarah Islam. Hal ini dimungkinkan terjadi dalam sepuluh sampai lima belas tahun terakhir karena imigrasi Muslim ke tanah Barat dan perkembangan teknologi internet…. Tidak berlebihan untuk mengatakan jika orang-orang seperti Ali Sina, Ibn Warraq dan Wafa Sultan selamat dari ancaman mati bagi yang meninggalkan Islam, maka Islam tidak akan tampak sama lagi.”

Aku sekarang adalah Humanis Sekuler dan Pendukung Demokrasi. Secara politik, aku tidak berpihak pada paham politik kiri atau kanan. Tapi aku bersikap kritis atas politik kiri yang tidak mengerti dan mendukung Islam padahal itu berarti bunuh diri. Dalam pandangan mereka yang keliru, pihak politikus kiri yakin siapapun yang menentang Kristen Yudaisme harus didukung. Sedangkan yang mendukung Islam layak dikecam.


Ali Sina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar