Sabtu, 12 Maret 2011

Bab 1: Siapakah Muhammad?

Bab 1: Siapakah Muhammad?

(3) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, (4) dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. (5) Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (6) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (8) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (Sura 93:3-8)[1]


Marilah kita mulai dengan kisah Muhammad. Siapakah dia dan apa yang dipikirkannya? Di bab ini dengan singkat akan dijabarkan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. Islam adalah sama dengan Muhammadisme. Muslim memang mengatakan bahwa mereka tidak menyembah siapapun selain Allah, tapi Allah hanyalah alter ego atau alias lain dari Muhammad, atau wujud karangannya sendiri. Dalam prakteknya, yang disembah Muslim sebenarnya adalah Muhammad dan memang itulah yang diinginkan Muhammad. Islam adalah aliran kepercayaan yang bersumber dari Muhammad. Kita akan baca kata-katanya yang tercantum dalam Qur’an, yang diakuinya sebagai kata-kata Tuhan, dan menilai dirinya melalui kacamata para sahabat dan istri-istrinya. Kita akan melihat bagaimana dia berubah dari pengkhotbah yang tidak dipedulikan banyak orang menjadi pemimpin seluruh Arabia hanya dalam waktu sepuluh tahun, bagaimana dia memecah-belah orang-orang agar bisa menguasai mereka, bagaimana dia membangkitkan keinginan memberontak dan benci dan marah orang-orang untuk mengobarkan perang terhadap orang lain dan bagaimana dia menggunakan penyerangan-penyerangan, perkosaan, siksaan, dan pembunuhan untuk menakuti korban-korbannya dan menundukkan mereka. Kita akan mempelajari tindakan-tindakan pembunuhan masalnya dan kesukaannya menggunakan tipuan sebagai strategi yang sama yang digunakan para teroris Muslim masa kini. Yang mereka lakukan persis sama seperti yang dilakukan nabi mereka.



Kelahiran dan Masa Kecil Muhammad

Di tahun 570 A.D., di Mekah, Arabia, seorang janda muda bernama Amina melahirkan anak laki yang diberi nama olehnya Kotham sesuai tradisi bangsanya. [7] Lima puluh tahun kemudian, ketika anak laki-laki ini hijrah ke Medina, dia akan mengganti namanya dengan nama “Muhammad” (artinya

“yang terpuji”) sebagai nama pujian diri, dan dia terkenal dengan nama itu sampai hari ini. Meskipun Muhammad adalah anak Amina satu-satunya, tapi Amina menyerahkannya kepada seorang wanita Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir kala Muhammad masih berusia 6 bulan.

Beberapa wanita kaya Arab kadangkala menyewa wanita lain untuk menyusui bayi mereka. Hal ini memungkinkan wanita kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi pada Amina janda miskin yang hanya punya satu anak untuk diurus. Abdullah, ayah Muhammad, meninggal enam bulan sebelum Muhammad lahir. Juga kebiasaan ini tidak terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan wanita terkaya di Mekkah. Dia punya tiga anak dari perkawinan sebelumnya dan tujuh anak dari perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri. [2]

Mengapa Amina menyerahkan anak tunggalnya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya.

Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Amina dan hubungannya dengan bayinya adalah Amina tidak menyusui Muhammad. Setelah Muhammad lahir, dia diserahkan kepada Thueiba, yang adalah pelayan paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang dikutukinya di Sura 111 di Qur’an, sekalian juga dengan istrinya), untuk disusui. Tidak ada keterangan mengapa Amina tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan bathin karena menjanda di usia mudanya? Apakah dia pikir anaknya merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?

Kematian anggota keluarga dapat mengakibatkan perubahan kimia dalam otak yang mengakibatkan tekanan jiwa (depresi). Sebab lain yang dapat mengakibatkan wanita mengalami tekanan jiwa adalah: hidup sendirian, gelisah tentang keadaan janinnya, masalah perkawinan atau keuangan dan usia muda ibu. Amina baru saja kehilangan suaminya, dia hidup sendiri, miskin, dan muda. Berdasarkan keterangan yang ada, dia tampaknya mengalami tekanan jiwa. Hal ini dapat menganggu kemampuan ibu untuk menumbuhkan ikatan batin dengan bayinya. Juga, tekanan jiwa selama mengandung dapat pula mengakibatkan ibu mengalami tekanan jiwa berikutnya setelah melahirkan bayi (postpartum depression)..[3]

Beberapa penyelidikan ilmiah menunjukkan bahwa tekanan jiwa yang dialami ibu hamil dapat berakibat langsung pada janin. Bayi-bayi yang lahir biasanya menjadi cepat marah dan lamban. Bayi-bayi ini dapat tumbuh menjadi anak-anak balita yang lamban belajar dan tidak bereaksi secara emosional, ditambah masalah kelakuan, misalnya suka melakukan kekerasan.[4]

Muhammad tumbuh diantara orang-orang asing. Sewaktu dia besar, dia sadar bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang mengurusnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang hanya mengunjunginya dua kali setahun, tidak menginginkannya.

Halima adalah wanita yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap bahwa awalnya Halimah tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meskipun sedikit sekalipun. Apakah ini tampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad merasa tidak dikasihi keluarga angkatnya selama tahun-tahun awal penting yang menentukan sifat seseorang?

Halima melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam dunia khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman-teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Apakah ini reaksi dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi?

Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan Muhammad kepada ibunya Amina ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya suami baru, Amina ragu-ragu untuk menerima kembali anaknya sampai Halima menceritakan padanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh. Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halima:

Ayahnya (ayah dari anak laki Halima satu-satunya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk”… Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus menggangguku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad) kerasukan setan, maka kujawab iya. [5]

Adalah normal bagi anak-anak untuk melihat monster di bawah tempat tidur mereka dan bicara dengan teman-teman khayalannya. Tapi kasus Muhammad tentunya langka dan mengkhawatirkan. Suami Halima berkata, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung.” Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian, Muhammad bicara tentang pengalaman masa kecilnya yang aneh:

Dua orang berpakaian putih datang padaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka memegangku dan membelah tubuhku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam yang kemudian mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni.[6]

Sudah jelas bahwa kekotoran pikiran tidak tampak sebagai gumpalan dalam jantung. Meskipun nyatanya anak-anak tidak berdosa, dosa sendiri tidak dapat dihilangkan lewat operasi bedah dan salju bukanlah bahan pembersih yang baik. Cerita ini sudah jelas hanyalah khayalan dan halusinasi saja.

Muhammad sekarang hidup lagi bersama ibunya, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Amina meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika Muhammad menaklukkan Mekkah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekkah dan Medinah.

Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis. [7]

Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apa yang dilakukan Amina sehingga dia tidak layak untuk dimaafkan? Ini sungguh tidak masuk akal. Sudah jelas Tuhan tidak ada hubungannya dengan hal ini. Muhammad sendirilah yang tidak bisa memaafkan ibunya, bahkan separuh abad setelah dia mati. Dia mungkin mengingatnya sebagai wanita yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya dan mengalami luka batin yang tidak pernah sembuh.

Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya selama dua tahun. Kakeknya yang telah ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih banyak daripada memperhatikan putra-putranya sendiri.[8] Muir dalam Biography of Muhammad menulis: “Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah baying-bayang Ka’bah, dan di situ orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet, dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat pada kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muttalib mencegahnya dan berkata: “Jangan larang putra kecilku.” Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakkan. Anak laki ini masih diurus ibu asuhnya yang bernama Baraka, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur. [9]

Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang yang diterimanya dari Abdul Muttalib. Sambil tak lupa membumbui dengan khayalannya sendiri, dia di kemudian hari berkisah bahwa kakeknya biasa berkata, “Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat, dan akan menjadi pewaris kerajaan;” dan berkata pada Baraka, “Awas, jangan sampai dia jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya!”[10] Akan tetapi, tiada seorang pun yang ingat perkataan ini karena sebenarnya paman-pamannya tidak percaya perkataannya, kecuali Hamza yang berusia sepantar dengan Muhammad. Abbas juga di kemudian hari bergabung dengan Muhammad, tapi itu terjadi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia dan pasukannya berada di depan Mekkah untuk siap menyerang.

Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu diasuh oleh pamannya Abu Talib.

Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya.

Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. “Kasih sayangnya pada Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya,” tulis Muir. “Dia mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa.” [11] Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.

Karena kehilangan orang-orang yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya, Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. “Tapi ketika kafilah sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya.”[12] Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu takut kehilangan orang-orang yang dikasihinya.

Meskipun Abu Talib merawatnya dengan penuh kasih dan terus membela Muhammad sampai ajal, mengasihinya lebih dari anak sendiri, pada akhirnya Muhammad terbukti sebagai keponakan yang tak tahu terima kasih. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad menengoknya. Semua putra Abu Muttalib juga ada di situ. Abu Talib selalu memikirkan kebaikan bagi Muhammad dan dia meminta dengan tulus pada saudara-saudara laki-lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk melakukannya, termasuk Abu Lahab, yang dikutuki Muhammad dalam Qur’an. Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam.

Muhammad sadar bahwa para pengikutnya adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah. Untuk mendongkrak keberadaannya, dia butuh orang berpengaruh masuk Islam. Ibn Ishaq menulis: “Ketika orang-orang datang di perayaan-perayaan, atau ketika sang Rasul mendengar ada orang penting yang hendak berkunjung ke Mekkah, dia akan mendatangi orang itu dan menyampaikan pesannya.”[13] Tulisan sejarah juga mengisahkan pada kita bahwa Muhammad sangat girang luar biasa ketika Abu Bakr dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat diantara para pamannya dan masyarakat Quraish. Suku Qurasih adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan Ka’abah. Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib. Akan tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek moyangnya. Maka punahlah harapan Muhammad. Dia lalu meninggalkan ruangan sambil berkata: “Aku ingin berdoa baginya, tapi Allâh melarangku.”

Sukar dipercaya bahwa Allah melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya. Kalau memang Tuhan berbuat demikian, hal ini akan menurunkan derajat Tuhan sedemikian rupa sehingga tak layak disembah. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya demi kepentingan Muhammad sangatlah banyak. Meskipun tidak percaya akan Islam, Abu Talib berdiri bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala ancaman yang ada dan selama 38 tahun dia terus menjadi pendukung Muhammad tanpa henti. Meskipun begitu, Muhammad bukanlah keponakan yang tahu balas budi. Ketika Abu Talib tidak mau masuk Islam, Muhammad merasa begitu ditolak sehingga dia tidak mau mendoakan pamannya yang hampir ajal.

Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya, Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.

Tahun-tahun berlalu. Muhammad tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang-orang yang dikenalnya. Bukhari[14] menulis bahwa Muhammad “lebih pemalu daripada perawan wanita bercadar.”[15] Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan, menyombongkan dan memuja-muja diri sendiri.

Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing, dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan dan dianggap bukan kerjaan lelaki oleh orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada kemurahan hati pamannya.

Menikah dengan Khadijah

Akhirnya, ketika Muhammad berusia 25, Abu Talib mencarikannya pekerjaan sebagai bendahara di sebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang juga masih saudara jauh, bernama Khadijah. Khadijah berusia 40 tahun, dia adalah seorang janda yang sukses dalam berdagang. Muhammad melakukan satu perjalanan ke Syria untuk memenuhi perintah Khadijah dengan menjual dagangannya dan membeli pesanannya. Ketika dia kembali, Khadijah jatuh cinta pada Muhammad, dan meskipun Muhammad hanyalah pelayannya, Khadijah melamar Muhammad untuk menikah dengannya.

Muhammad butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan Khadijah merupakan untung besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu kerja lagi.

Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia dari melakukan kegiatan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri.

Muhammad tidak suka bekerja. Dia lebih memilih mengasingkan diri dan berkhayal dengan pikiran-pikirannya sendiri. Bahkan sewaktu kecil, dia pun menghindari anak-anak lain dan tidak mau berteman dengan mereka. Dia seringkali menyendiri. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk bisa bahagia dan menikmati kehidupan. Dia jarang tertawa, dan jika dia tertawa, dia menutup mulutnya. Dari sinilah awalnya kebiasaan Muslim menganggap tertawa bukan perbuatan suci.

Dalam dunianya yang penuh khayalan, Muhammad tidak lagi merasa terasing dan tak diinginkan seperti yang dialaminya ketika kecil, tapi dia merasa dikasihi, dihormati, dipuji, dan bahkan ditakuti. Ketika dunia nyata terlalu berat untuk dihadapi dan dia merasa kesepian, maka dia melarikan diri ke dunia khayalannya, di mana dia bisa menjadi siapapun yang dia inginkan. Tentunya dia telah melakukan hal ini sejak masih sangat kecil ketika hidup di keluarga angkatnya dan menghabiskan waktu sendirian di gurun pasir. Dunia fantasinya yang ideal dan menyenangkan selalu menjadi tempatnya berlindung selama hidupnya. Baginya, dunia fantasi itu sama dengan dunia nyata, hanya jauh lebih menyenangkan. Muhammad tidak membantu Khadijah mengurus ke sepuluh anaknya karena dia lebih memilih menyendiri di gua-gua sekitar Mekkah, menghabiskan waktunya seharian di dunianya sendiri, sibuk berkhayal dan bermimpi.

Pengalaman Mistik

Suatu hari, ketika Muhammad berusia 40 tahun, dan setelah menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah gua seorang diri, Muhammad mengalami pengalaman yang aneh. Dia mulai mengalami kontraksi otot, sakit perut, dan merasa seperti dihimpit kuat-kuat, kejang-kejang otot, kepala dan bibir bergerak-gerak di luar kontrol, berkeringat, dan jantung berdebar-debar. Dalam keadaan ini, dia mendengar suara-suara dan mengaku melihat hantu.

Dia lari ke rumah ketakutan, gemetar dan berkeringat. “Tutupi aku, tutupi aku,” pintanya kepada istrinya. “O Khadijah, ada apa dengan diriku?” Dia menceritakan semua yang terjadi dan berkata, “Aku takut sesuatu telah terjadi padaku.” Dia mengira kerasukan setan lagi. Khadijah menenangkannya dan mengatakan padanya untuk tidak merasa takut, karena dia sebenarnya didatangi seorang malaikat dan dipilih sebagai nabi.

Setelah pertemuannya dengan makhluk halus yang disebut istrinya sebagai malaikat Jibril, Muhammad yakin akan status nabinya. Kedudukan nabi menyenangkan hatinya dan memenuhi angan-angannya untuk merasa megah diri. Dia pun mulai berkhotbah.

Lalu apakah isi pesan khotbahnya? Tidak ada pesan apapun. Yang dia tahu adalah dia telah menjadi seorang rasul. Karena itu, pesan utama hanyalah menyampaikan berita kerasulannya kepada siapapun dan membuat orang percaya bahwa dia adalah seorang rasul. Sebagai hasilnya, orang harus menghormatinya, mencintainya, mentaatinya, dan bahkan takut terhadap dirinya. Setelah berkhotbah selama 23 tahun, inti pesan Muhammad tetaplah sama. Pesan utama Islam adalah Muhammad adalah seorang rasul dan orang harus taat padanya. Siapapun diharapkan untuk menghormatinya, mencintainya, mentaatinya, dan bahkan takut padanya. Selain dari itu, tiada pesan apapun. Yang tidak mau taat akan dihukum, baik di dunia fana maupun baka. Keesaan Tuhan yang menjadi dasar agama Islam, awalnya bukan merupakan bagian pesan Muhammad.

Setelah membuat jengkel masyarakat Mekkah selama bertahun-tahun dengan mengejek agama dan dewa-dewa mereka, maka masyarakat Mekkah akhirnya tidak mau berhubungan dengan dia dan pengikutnya lagi, termasuk hubungan dagang. Sikap mendiamkan dan boikot ekonomi mengakibatkan banyak kesusahan pada kaum Muslim sehingga Muhammad memerintahkan mereka pindah ke Abyssinia. Akhirnya, untuk menyenangkan hati masyarakat Mekkah, Muhammad terpaksa berkompromi. Ibn Sa’d menulis: “Suatu hari sang Nabi berada di kumpulan orang di Ka’bah dan membacakan bagi mereka Sura an-Najm (Sura 53). Ketika sampai di ayat 19-20 yang tertulis, “Apakah kau telah mempertimbangkan Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga, yang paling akhir? Setan menaruh kedua ayat itu di mulut sang Nabi. “Mereka cantik, dan ada harapan dalam ibadahnya.”[16] Kata-kata ini menyenangkan hati masyarakat Quraish dan mereka menghentikan boikot ekonomi dan permusuhan. Kabar ini terdengar oleh para Muslim di Abyssinia yang lalu dengan senang balik kembali ke Mekkah.

Tak lama kemudian, Muhammad sadar bahwa mengakui putri-putri Allâh sebagai dewi-dewi telah merusak kedudukannya sendiri sebagai satu-satunya perantara bagi Allâh dan manusia, dan membuat agamanya tidak beda dengan agama pagan, dan karena itu agamanya jadi tak berguna. Maka dia menarik kembali kedua ayat yang mengakui putri-putri Allâh dan menyebutnya sebagai ayat-ayat setan. Setelah itu dia mengeditnya dengan “Apa! Anak-anak laki bagimu dan bagi-Nya anak-anak perempuan! Ini jelas pembagian yang tidak adil![17] Artinya, betapa beraninya kamu menyebut Tuhan punya anak perempuan, sedangkan kau sendiri bangga punya anak laki-laki? Kaum wanita dianggap bodoh dan karenanya tidak pantas bagi Allâh untuk punya anak perempuan. Memang ini benar-benar tidak adil.

Beberapa pengikut Muhammad meninggalkannya karena kejadian ini. Untuk mensahkan penggantian ayat dan mendapatkan kembali kepercayaan pengikutnya, dia mengaku semua nabi juga kadangkala ditipu setan, yang memberi gagasan secara licik agar mereka mengucapkan ayat-ayat setan dan sepertinya itu datang dari Tuhan.

Qur’an Al-Hajj (22) ayat 52-53

(52) Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (53) agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.

Muhammad menulis ayat-ayat di atas karena beberapa pengikutnya sadar dia mengarang Qur’an sesuai situasi dan kondisi, sehingga mereka lalu meninggalkannya. Untuk jelasnya, apa yang dikatakan sura 22:52-53 sebenarnya adalah:

Jika aku, Muhammad, ngawur dan tertangkap basah olehmu, maka itu adalah salahmu sendiri karena hatimu rusak.

Tiga belas tahun telah berlalu dan Muhammad hanya punya sekitar 70 sampai 80 orang pengikut. Istrinya yang tidak hanya menafkahinya, tapi juga mengaguminya, memujanya, memujinya, dan dia adalah pengikut Muhammad yang pertama. Posisi sosialnya yang terhormat meyakinkan orang lain seperti Abu Bakar, Othman (Usman) dan Omar untuk bergabung jadi pengikut Muhammad pula. Selain dari mereka, pengikut Muhammad yang lain adalah budak-budak milik orang-orang kaya Quraish, dan beberapa pemuda yang tak punya pengaruh.

Kebohongan Penindasan

Ajakan Muhammad kepada masyarakat Mekkah untuk masuk Islam tidak digubris. Masyarakat Mekkah, sama seperti kebanyakan non-Muslim di jaman modern, bersikap toleran terhadap semua agama. Di jaman itu, tidak ada penindasan dengan alasan agama. Secara alami, masyarakat politeis memang umumnya toleran terhadap agama lain. Memang mereka tersinggung ketika Muhammad menghina dewa-dewa mereka, tapi mereka tidak melukai Muhammad.

Muhammad mengajak pengikutnya meninggalkan Mekkah. Dengan sendirinya, mereka yang tinggal di Mekkah tidak suka akan hal ini. Sanak keluarga Muslim dan juga para majikan budak yang memeluk Muslim merasa tidak senang. Beberapa budak Muslim yang mencoba melarikan diri ditangkap dan dipukuli. Ini tentunya bukan penindasan agama. Orang-orang Mekkah hanya ingin mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai harta milik mereka. Contohnya, ketika Bilal (Muslim kulit hitam) ditangkap, majikannya yang bernama Umaiyah memukuli dan merantainya. Abu Bakr membeli Bilal dan memerdekakannya. Bilal dihukum majikannya karena mencoba melarikan diri, dan ini berarti majikannya akan kehilangan budak yang dianggap harta milik. Jadi Bilal tidak dihukum karena dia memeluk Islam. Ada pula kisah-kisah tentang Muslim yang dipukuli anggota keluarga mereka karena masuk Islam. Sebuah hadis mengisahkan Omar sebelum jadi Muslim mengikat saudara perempuannya dan memaksanya meninggalkan Islam.[18] Omar memang tidak toleran dan suka main pukul sebelum dan sesudah memeluk Islam. Di Timur Tengah, pengertian individualisme tidak dikenal. Yang kau percaya dan lakukan adalah urusan keluarga juga. Hal ini terutama berlaku bagi para wanita yang tidak dapat membuat keputusan mereka sendiri. Bahkan saat modern sekarang pun, para Muslimah dapat dibunuh keluarganya (membunuh demi harkat dan martabat– honor killing) jika mereka berkeputusan menikahi pria pilihan mereka sendiri tanpa minta persetujuan keluarganya.

Ada pula kisah penindasan seorang Muslimah yang bernama Summayyah. Ibn Sa’d adalah satu-satunya penulis sejarah yang menyatakan Summayyah mati sebagai martir di tangan Abu Jahl. Al-Bayhaqi yang mengutip tulisan Ibn Sa’d berkata, “Abu Jahl menusuk kemaluannya.”[19] Jika kejadian martir ini benar-benar terjadi; maka hal ini akan disiarkan dengan hebat oleh setiap penulis biografi dan dilaporkan berulang-ulang dalam ahadis (kumpulan hadis). Ini adalah contoh di mana sejarawan Muslim dari awal memang sering mengarang sendiri kejadian sejarah Islam.

Apalagi Ibn Sa’d sendiri juga menyatakan bahwa Bilal adalah martir yang pertama. Bilal telah lama selamat dari penindasan majikannya, dan dia kembali lagi ke Mekkah saat kota itu ditaklukkan Muhammad. Bilal lalu mengumandangkan Azan di atap Ka’bah. Dia meninggal karena alasan alamiah.

Beberapa sumber Islam mengatakan bahwa suami Summayyah yang bernama Yasir dan putra mereka yang bernama Ammar dibunuh di Mekah. Akan tetapi Muir juga menunjukkan bahwa setelah Yasir meninggal karena alasan alamiah, Summayyah menikah dengan budak Yunani bernama Azraq dan dari pria ini dia punya anak yang bernama Salma.[20] Kalau begitu, bagaimana bisa Summayyah mati dibunuh? Azraq tinggal di Taif (tak jauh dari Mekah). Lima belas tahun kemudian, Muhammad mengepung Taif. Azraq merupakan salah satu dari beberapa budak Taif yang membelot ke perkemahan Muhammad. Sudah sewajarnya untuk menyimpulkan bahwa setelah kematian Yasir, Summayyah menikah dengan Azraq dan hidup bersamanya di Taif. Jadi kisah kematian Summayyah sebagai martir hanyalah dongeng Islam belaka.

Muhammad tidak menentang perbudakan. Di waktu kemudian, setelah dia berkuasa, dia memaksa ribuan orang yang merdeka untuk diperbudak. Perintahnya kepada Muslim untuk meninggalkan Mekah mengganggu keadaan sosial dan mengakibatkan kerusuhan. Oleh karena itu, dan karena sikapnya yang terus menghina agama mereka, maka Muhammad jadi orang yang dibenci masyarakatnya sendiri, yakni masyarakat Quraish. Meskipun demikian, dia dan pengikutnya tidak ditindas gara-gara Islam. Orang-orang Muslim menuduh tanpa bukti. Kaum politeis kebanyakan tidak peduli agama orang lain, karena memang mereka cenderung bersikap pluralistik. Ka’bah adalah tempat 360 patung berhala, setiap patung mewakili suku tertentu. Ada suku Yahudi, suku penganut agama Kristen, Zoroastria, Sabean (agama yang percaya satu Tuhan dan sudah musnah), dan berbagai macam agama lain di Arabia, dan para penganutnya bebas melakukan ibadah agamanya. Ada pula nabi-nabi lain yang juga berkhotbah tentang agamanya. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di Arabia bermula dengan Islam.

Tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad dan Muslim di Mekah. Meskipun demikian Muslim menuduh begitu hanya karena Muhammad mengatakannya. Muslim memang tidak ragu dengan apa yang dikatakan Muhammad. Herannya, beberapa ahli sejarah non-Muslim yang tidak suka Islam bahkan juga terjebak dan mengumumkan ketidakbenaran sejarah ini. Muhammad mengaku sebagai korban, tapi sebenarnya malah dia sendiri yang menindas. Muslim pun melakukan hal yang sama. Di mana-mana Muslimlah yang membunuh, menindas, dan menekan, tapi mereka sendiri yang menjerit paling keras dan mengaku sebagai korban dan pihak yang ditindas. Untuk memahami kecenderungan ini, kita harus mengerti keadaan jiwa Muhammad dan pengikutnya. Ini akan dibahas di bab berikut.

Hijrah ke Medina

Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan dari suami, Khadijah tidak sempat mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia, keluarganya jadi miskin. Setelah Khadijah meninggal, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal. Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan masyarakat Mekah, maka Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medina. Apalagi sebelum hijrah dia sudah mendapat sumpah setia dari beberapa orang Medina untuk mendukungnya. Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah duluan. Beberapa dari mereka merasa ragu untuk berangkat, sehingga Muhammad mengancam mereka jika mereka tidak mau pergi, maka mereka akan jadi penghuni Neraka.[21]

Muhammad sendiri tetap tinggal di Mekkah. Lalu di suatu malam, dia mengaku Allâh memberitahunya bahwa musuh-musuhnya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu meminta kawan setianya Abu Bakr untuk menemaninya diam-diam pergi ke Medina. Ayat berikut mengisahkan kejadian tersebut:

Sura 8:30 Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Dalam ayat Qur’an ini, tampaknya Allâh menduga-duga apa yang akan direncanakan orang-orang Mekkah. Bukankah ini jelas hasil dari kecurigaan Muhammad saja? Muhammad hidup diantara masyarakat Mekkah selama 13 tahun, mengganggu mereka dan menghina agama mereka, sama seperti yang dilakukan Muslim saat ini terhadap agama-agama lain, tapi mereka tetap saja bersikap toleransi terhadap Muhammad. Selain dari tuduhan Muhammad sendiri, tidak ada catatan sejarah yang membuktikan mereka ingin mencelakai dirinya.

Dalam sejarah yang ditulis para Muslim sendiri, tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad. Kaum tua-tua Quraish yang muak dengan hinaan-hinaan Muhammad melaporkan hal itu kepada pamannya yang sudah tua Abu Talib dan berkata, “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata-kata hinaan terhadap dewa-dewa dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak kami silakan balas dia; (karena kau pun mengalami hinaan yang sama), atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya.”[22]

Ini bukan ucapan orang yang suka menindas. Ini adalah sebuah permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa-dewa mereka. Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Orang-orang Muslim ini mengamuk dan di tempat-tempat jauh seperti Nigeria dan Turki, mereka membunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah atas pembuatan kartun-kartun itu. Tapi masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan-hinaan terhadap dewa-dewa mereka selama tiga belas tahun.

Di malam Muhammad ditemani Abu Bakr melarikan diri ke Medina adalah awal dari sejarah Islam. Di Medina, dia menemukan orang-orang Arab yang tidak semakmur orang Mekkah. Tidak seperti orang Mekkah, orang Medina tidak tahu tentang latar belakang dan perilaku Muhammad. Karena itu, mereka lebih terbuka menerima ajarannya.

Muhammad bukanlah orang Arab pertama yang mengaku sebagai nabi. Beberapa orang lain dari bagian Arab lain telah mengaku diri nabi dan mereka adalah saingannya. Yang paling terkenal adalah Musailama yang telah mulai berkhotbah beberapa tahun sebelum Muhammad mengaku nabi. Tapi tidak seperti Muhammad, Musailama berhasil diterima di kota dan masyarakatnya sendiri. Hal yang menarik lainnya adalah seorang wanita bernama Sijah juga mengaku sebagai nabi dan diapun punya banyak pengikut. Kedua nabi ini mengajarkan monoteisme. Hal ini merupakan bukti meyakinkan bahwa sebelum masa Islam mendominasi Arabia, kaum wanita lebih dihormati dan punya lebih banyak hak daripada jaman setelah Islam. Tidak ada satupun dari nabi-nabi yang memakai kekerasan untuk mengembangkan agama mereka atau merampok orang lain. Mereka tidak mau menaklukkan daerah-daerah baru atau mendirikan kerajaan, tapi sesuai dengan tradisi nabi dalam Alkitab, mereka hanya ingin berkhotbah dan mengajak umatnya menyembah Tuhan. Muhammad adalah satu-satunya nabi yang doyan perang di Arabia. Nabi-nabi lain juga tidak bermusuhan satu sama lain. Mereka bekerja sama dan tidak berseteru untuk mendapatkan pengaruh lebih banyak.

Masyarakat Arab Medina lebih dapat menerima Muhammad, bukan karena ajarannya yang intinya hanya percaya bahwa dia itu nabi, tapi karena mereka bersaing dengan masyarakat Yahudi. Di daerah Medina banyak terdapat masyarakat Yahudi. Sesuai dengan agama mereka, masyarakat Yahudi merasa mereka sebagai “bangsa pilihan.” Mereka pun lebih kaya dan terpelajar dibandingkan masyarakat Arab, sehingga ini menimpulkan kecemburuan sosial dalam diri masyarakat Arab. Sebagian besar tanah Medina dimiliki orang Yahudi. Kota Medina adalah kota Yahudi. Kitab al-Aghani [23] mencatat penduduk Yahudi pertama di Medina datang di jaman Musa. Akan tetapi dalam buku abad ke 10 berjudul Futuh al-Buldan (Penaklukan Kota-kota), Al Baladhuri menulis bahwa menurut masyarakat Yahudi, perpindahan penduduk Yahudi kedua terjadi di tahun 587 SM, ketika Raja Babilon bernama Nebuchadnezzar menghancurkan Yerusalem dan mengusir kaum Yahudi sehingga tersebar di mana-mana. Di Medina, kaum Yahudi hidup sebagai pedagang, ahli emas, ahli besi, ahli seni, petani, sedangkan kaum Arab adalah kuli dan pekerja yang bekerja bagi kaum Yahudi. Kaum Arab ini datang ke Medina sekitar tahun 450 atau 451 M dan ini berarti paling sedikit 1000 tahun SETELAH kaum Yahudi datang dan hidup di Medina. Kaum Arab pindah ke Medina karena terjadi banjir besar di Yemen yang memaksa suku-suku Arab di daerah Sab mengungsi ke daerah lain di Arabia. Suku-suku ini datang di Medina di abad ke 5 sebagai pengungsi. Setelah kaum Arab ini memeluk Islam, mereka mengusir dan membantai tuan rumah mereka dan mengambil alih kota.

Setelah hidup di Yathrib (nama kota asli sebelum diganti nama menjadi Medina), kaum Arab mulai menjarah dan merampoki orang Yahudi. Kaum Yahudi sebagai balasnya berkata sama seperti yang dikatakan orang-orang yang ditindas: jika Juru Selamat mereka datang, maka Dia akan membalas mereka. Ketika kaum Arab mendengar Muhammad mengaku sebagai Rasul Tuhan dan mengumumkan dirinya diramalkan oleh Musa, mereka mengira dengan menerima dia sebagai Rasul dan memeluk Islam, maka mereka dapat menyamai kaum Yahudi.

Ibn Ishaq menulis: “Sekarang Allâh telah mempersiapkan jalan bagi Islam agar mereka (orang Arab) hidup berdampingan dengan kaum Yahudi, yang adalah para ahli kitab dan pengetahuan, ketika mereka dulu adalah orang-orang penyembah banyak dewa dan berhala. Mereka seringkali merampok kaum Yahudi di daerah-daerah mereka, dan jika marah kaum Yahudi biasa berkata pada mereka, ‘Seorang nabi akan segera dikirim. Harinya segera tiba. Kami akan mengikutnya dan membunuh kalian dengan bantuannya…. Jadi ketika mereka mendengar pesan nabi, mereka berkata satu sama lain: ‘Inilah nabi yang diperingatkan kaum Yahudi pada kita. Jangan biarkan mereka menemukannya sebelum kita!” [24]

Sungguh ironis bahwasanya agama Yudaisme dan kepercayaan akan datangnya Juru Selamat ternyata jadi dasar kekuatan Islam. Tanpa hal ini, Muhammad tidak akan pernah punya pengikut dan Islam akan cepat mati sama seperti aliran-aliran sesat lainnya.

Sekali lagi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan-tuduhan Muhammad bahwa masyarakat Mekkah menindas kaum Muslim. Tuduhan ini diulang-ulang terus-menerus oleh para sejarawan Muslim maupun non-Muslim. Kemarahan dan sikap permusuhan terhadap Muslim adalah akibat dari perbuatan Muhammad itu sendiri. Ini jelas tidak sama dengan apa yang dilakukan Muslim saat ini atau semua penindasan yang dilakukan Muslim terhadap para pengikut ajaran non-Islam. Muhammad sendirilah, dan bukan orang-orang Mekkah, yang menyuruh Muslim meninggalkan rumah mereka. Muhammad bahkan menjanjikan ini:

Sura 16:41 Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui

Orang-orang Mekkah yang hijrah ke Medina tidak punya mata pencarian. Jadi bagaimana Muhammad memenuhi janjinya untuk memberikan “tempat yang bagus” pada mereka yang meninggalkan rumah mereka karena perintahnya? Mereka jadi miskin dan tergantung pada belas kasihan orang-orang Medina untuk bisa hidup. Muhammad nyaris kehilangan wibawanya. Para pengikutnya mulai berbisik-bisik tidak puas. Beberapa malah meninggalkannya. Reaksi Muhammad adalah ayat ancaman baru:

Sura 4:89 Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong (mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,

Apakah arti ayat di atas yang berisi larangan berteman dan ancaman bunuh yang menuduh kaum Mekkah mengusir Muhammad dan pengikutnya meninggalkan tempat tinggal mereka? Dalam ayat ini, Muhammad mengatakan pada pengikutnya untuk membunuh Muslim-muslim lain yang meninggalkannya dan berniat kembali ke Mekah. Hal ini persis seperti yang terjadi di tempat jemaat Pendeta Jim Jones di Guyana, di mana Jim Jones memerintahkan orang-orangnya untuk menembaki siapapun yang berusaha melarikan diri. Semua ini diciptakan untuk mengasingkan jemaatnya sehingga dia bisa mengendalikan dan mencuci-otak mereka dengan lebih mudah. Jika seseorang jauh dari keluarga dan teman-temannya, dan bergabung dengan sebuah aliran yang mengelabui pikirannya, maka orang itu akan sukar berpikir kritis dan sukar mempertanyakan kekuasaan pemimpinnya.[25]

Pecah-Belah dan Jajah

Meskipun telah mengeluarkan ayat-ayat panik penuh ancaman bagi mereka yang berniat meninggalkannya, Muhammad tetap saja harus menemukan jalan untuk menafkahi pengikut-pengikutnya. Dia lalu memerintahkan mereka untuk merampok kafilah-kafilah pedagang Mekkah. Dia meyakinkan mereka bahwa masyarakat Mekkah telah mengusir mereka ke luar dari rumah mereka, karena itu sudah jadi hak mereka untuk merampok orang-orang Mekkah tersebut.

Sura 22:39-40 (39) Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh golongan penceroboh), karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allâh Amat Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai kemenangan). (40) Yaitu mereka yang diusir dari kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir) semata-mata kerana mereka berkata: Tuhan kami ialah Allâh...

Dia juga mengeluarkan banyak ayat-ayat Qur’an yang membujuk pengikutnya memerangi non-Muslim.

Sura 8:65 Wahai Nabi, perangsangkanlah orang-orang yang beriman itu untuk berperang. Jika ada di antara kamu dua puluh yang sabar, niscaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari pihak musuh yang kafir itu) dan jika ada di antara kamu seratus orang, niscaya mereka dapat menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir, disebabkan mereka (yang kafir itu) orang-orang yang tidak mengerti.

Muhammad menghalalkan serangan-serangan ini melalui cara yang kita kenal saat ini sebagai pihak yang jadi korban, sama persis seperti yang dilakukan Muslim masa kini. Dia mengaku non-Muslim telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap mereka. Pada kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki kafilah-kafilah Mekah. Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan perintahnya, Muhammad pun memerintahkan mereka membunuhi para pedagang Quraish pula.

Kebohongan Muhammad sudah jelas tampak. Di satu ayat, Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah ke Medina dan mengancam mereka yang tidak ingin ikut dengan pembunuhan dan neraka. Tapi di ayat-ayat lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab dan mereka jadi korban “yang diperangi.”

Simak kata kiasan Arab berikut: Darabani, wa baka; Sabaqani, wa'shtaka “Dia memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang padaku dan menuduhku memukulnya!” Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi (siasat)

Muhammad. Para pengikutnya saat ini juga melakukan permainan kotor serupa.

Siasat Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat anak-anak laki-laki berperang melawan ayah mereka, mengadu domba saudara kandung lawan saudara kandung, dan menghancurkan persatuan suku, mencerai-beraikan masyarakat.

Dengan menggunakan siasat ini, dia akhirnya dapat menguasai seluruh Arabia. Jangan mengira bahwa orang-orang Arab itu bodoh sehingga mereka mudah diakali. Bahkan sekarang pun, orang Barat yang beralih memeluk Islam sebenarnya melakukan hal yang sama dengan yang orang-orang Arab lakukan pada sukunya sendiri 1.400 tahun yang lalu. John Walker Lindh memeluk Islam dan pergi ke Afghanistan untuk berperang bagi Al-Qaida melawan Amerika. Joseph Cohen adalah Yahudi ortodox yang lalu memeluk Islam dan sekarang dia mengatakan bahwa membunuh orang Israel, termasuk anak-anak sekalipun adalah perbuatan halal. Yvonne Ridley, wartawan BBC yang dulu menyelundup masuk Afghanistan tahun 2001 dan ditangkap Taliban, masuk Islam setelah dibebaskan. Sekarang dia benci sekali terhadap negaranya sendiri yang disebutnya “negara ketiga yang paling dibenci di dunia” (tampaknya setelah Amerika dan Israel). Ridley mendukung bom bunuh diri dengan menyebutnya “tindakan martir,” dan menjuluki Abu Musab al-Zarqawi sebagai pahlawan, padahal sudah jelas Zarqawi membunuh ribuan orang Irak dalam kampanye berdarah di Irak dan jadi otak pemboman di Yordania yang membunuh 60 orang dan mencederai 115 orang di sebuah pesta perkawinan. Ridley juga mengatakan bahwa pemimpin teroris Chechnya bernama Shamil Basayev yang mendalangi penyanderaan penonton bioskop Moskow dan pembantaian anak-anak sekolah di Beslan sebagai “martir yang pasti masuk surga.” Menumbuhkan rasa benci ternyata berhasil bagi orang-orang Arab dan semua yang sekarang menyebut diri sebagai Muslim.

Janji-Janji Hadiah Surgawi

Beberapa ayat dalam Qur’an memerintahkan para Muslim menyerang orang-orang tak berdosa dan merampoki mereka, dengan hadiah di dunia baka dan fana. Sura 48:20 Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya, Untuk mematikan nurani pengikutnya dari rasa bersalah karena melakukan perampokan, Muhammad membuat Allâh berkata: “Nikmatilah apa yang kamu ambil dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik”[26]

Banyak kejahatan yang dilakukan Muslim selama berabad-abad berasal dari ayat-ayat ini dan yang serupa lainnya. Amir Tîmûr-i-lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405), adalah seorang kejam yang menjadi Kaisar melalui tindakan-tindakan banditnya. Dalam autobiografinya yang berjudul Sejarah Perangku melawan India (The History of My Expedition against India), dia menulis:

Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam; dan dengan melakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang-barang duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan harta kafir: menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat. [27]

Bahkan kalaupun kita beranggapan bahwa ke-80 Muslim yang hijrah memang dipaksa ke luar oleh orang-orang Mekkah, bagaimana tindakan ini bisa mengesahkan perampokan kafilah-kafilah tersebut? Harta benda kafilah-kafilah ini belum tentu milik orang-orang yang dulu mengusir Muslim. Apakah setiap orang yang berpikir dirinya ditindas di suatu kota lalu boleh-boleh saja melakukan tindakan balas dendam terhadap siapa saja penduduk kota itu? Para Muslim juga menggunakan logika yang sama ketika mereka membom dan membunuh orang-orang tak berdosa. Jika mereka mengira suatu negara tidak bersikap ramah terhadap mereka, lalu mereka pikir boleh-boleh saja membalas dendam dengan cara membunuh siapa saja warga negara itu yang tak berdosa. Semua yang dilakukan Muslim jaman sekarang yang mengherankan dunia adalah sama dengan tindakan Muhammad.

Di bagian 22, ayat 23 dalam Qur’an, Allâh memberi ijin berperang. Ini adalah ayat yang sama yang ditulis Osama Bin Laden di suratnya kepada Amerika. Apakah sekarang kita bisa berkata bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme?

Perintah Melakukan Kekerasan

Di Medina, pendatang Muslim dari Mekkah hanya beberapa orang saja. Agar lebih berhasil dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan dari Muslim baru asal Medina, yang disebutnya sebagai ‘Ansar’ (pembantu).

Akan tetapi, orang-orang Medina tidak memeluk Islam untuk merampok kafilah dan berperang. Percaya pada Allâh adalah satu hal, sedangkan menyerang, menjarah, dan membunuh orang merupakan hal yang lain sama sekali. Sebelum Muhammad datang, orang-orang Arab tidak mengenal agama perang. Bahkan saat jaman modern sekalipun, terdapat para Muslim yang percaya pada Allâh tapi tidak mau berperang dan membunuh bagi agamanya. Untuk membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allâh mengeluarkan perintah ini:

Sura 2:216 Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Tak lama kemudian, usaha sang Nabi mulai berbuah. Terdorong keserakahan ingin dapat harta jarahan dan janji-janji hadiah surgawi, maka Muslim Medina bergabung melakukan perampokan dan penjarahan. Setelah tentara Muhammad bertambah banyak dan ambisinya semakin membengkak, dia pun mendongkrak posisinya dengan tidak hanya memerintahkan pengikutnya berperang baginya “di jalan Allâh” tapi juga harus bayar biaya perang sekalian.

Sura 2:195 Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan “perbuatan baik” dengan menjarah, meneror, dan membunuh. Dengan memutarbalikkan moralitas seperti inilah maka Muslim dapat mengesampingkan nurani mereka dan menganut etika terbalik dalam memperlakukan non-Muslim, yang harus terus dimanfaatkan demi keuntungan Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan Muslim dianggap baik. Muhammad membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan perang baginya dan melakukan tindakan terorisme dalam Islam merupakan perbuatan yang menyenangkan Tuhan

Saat ini, para Muslim yang tidak sanggup berperang, menggantinya dengan menyumbangkan zakat. Zakat ini tidak untuk membangun rumah sakit, yayasan yatim piatu, sekolah atau rumah jompo. Sebaliknya, zakat ini digunakan untuk mengembangkan Islam, untuk membangun mesjid, madrasah, melatih teroris, dan membiayai jihad. Badan-badan sosial Islam membantu kaum miskin hanya demi tujuan politis semata. Contoh yang tepat bisa dilihat dari banyaknya jumlah uang yang dibayar Pemerintah Iran kepada Hezbollah di Lebanon. Sumbangan ini tentunya bukan untuk tujuan sosial. Kebanyakan masyarakat Iran saat ini hidup dalam kemiskinan. Mereka yang beruntung bisa kerja, berusaha hidup dengan gaji tak lebih dari $100 per bulan. Mereka sangat butuh sandang, pangan, papan. Kenapa Pemerintah Iran malah memberi uang negara ke Lebanon dan bukannya menolong rakyat sendiri? Tujuannya adalah untuk membuat Islam terasa manis di mulut orang-orang Lebanon dan membujuk mereka berperang melawan Israel.

Jika orang-orang tidak cukup menyumbang bagi usaha militernya, Muhammad dengan marah akan menegur mereka:

Sura 57:10 Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang memusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim bagi usaha militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Tuhan, dan menjanjikan mereka “bunga illahi” bagi uang mereka:

Sura 57:11 Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,

Dengan cara ini, dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allâh berhutang pada mereka karena membantu Muhammad dalam perang-perang penjajahannya. Dia bahkan lebih mempermanis perjanjian utang piutang itu dan membuatnya lebih menggiurkan lagi dengan janji-janji seksual surgawi:

Sura 71:12 dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

Meskipun Muhammad membuat Allâh mengatakan pada pengikutnya betapa besar upah Muslim yang menyumbang bagi usaha militernya, tapi dia tidak mau pengikutnya bangga terhadap sumbangan dan pengorbanan mereka. Berkorban itu adalah keberuntungan. Pengikutnyalah yang harus berterima kasih padanya karena diberi kesempatan melayaninya, dan bukan sebaliknya:

Sura 2:262 Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan memerintahkan mereka untuk menebas leher-leher kafir, Muhammad meyakinkan pengikutnya bahwa “perbuatan-perbuatan baik” mereka tidak akan dilupakan.

Sura 47:4 Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Dengan kata lain, Allâh dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim, tapi dia ingin Muslim melakukannya untuk menguji iman mereka.

Dengan demikian, Muhammad menggambarkan Allâh sebagai gembong mafia, pemimpin gerombolan rampok, yang ingin menguji kesetiaan orang-orangnya dengan menyuruh mereka membunuh. Dalam Islam, iman Muslim akhirnya diuji dari niat membunuh mereka, kesiapan mereka untuk membunuh demi Allâh. Maka katanya:

Sura 8:60 Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Muhammad memberi janji-janji kosong bahwa mereka yang berperang (yang melakukan kegiatan berperang atau yang menyumbang uang) melawan kafir dan menerima dia sebagai Rasul Allâh akan menerima harta selangit banyaknya di alam baka. Sewaktu menjelaskan hadiah-hadiah ini, dia membualkan kemulukan luar biasa. Dia berjanji akan ada berbagai barang indah dan kepuasan seksual tak terbatas di surga, dan memperingatkan bahaya hukuman bagi mereka yang kikir menyumbang usaha militernya: [28]

Sura 61:10-11 (10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,

Sura 55:53-56 (54) (Di Surga) Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (56) Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.

Sura 78:32-34 (32) (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, (33) dan gadis-gadis remaja yang sebaya, (34) dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).

Sura 57:7 Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.[29]

Ayat-ayat di atas dan yang serupa dalam Qur’an dengan mudah menjelaskan mengapa demikian banyak badan Islam yang mengumpulkan zakat ternyata membiayai kegiatan terorisme.[30] Orang awam akan mengira sumbangan sosial (zakat) dan kegiatan terorisme adalah dua hal yang bertentangan, tapi Muslim tidak menganggapnya demikian. Zakat dilakukan untuk menyebarkan Islam dan mendukung jihad. Bagi orang awam, ini adalah tindakan terorisme; tapi bagi Muslim, ini adalah perang suci, suatu kewajiban dan tindakan tersuci dalam pandangan Allâh.

Karena itu, berperang demi Allâh menjadi kewajiban dalam Islam yang mengikat semua Muslim. Muhammad membuat Muslim Mekah yang hijrah ke Medina untuk melawan masyarakat Mekah mereka sendiri, dan menyebut perbuatan ini sebagai balas dendam terhadap mereka yang menindas Muslim.

Sura 8:40 Perangi sampai tiada fitnah (perlawanan) lagi dan agama adalah agama Allâh.

Ketika beberapa pengikutnya ragu-ragu untuk berperang, dia menegur mereka untuk taat padanya sambil “mengeluarkan” ayat-ayat baru dari Allâh yang mengancam mereka yang tidak taat.

Sura 47:20 orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka

Dari ayat-ayat ini bisa dilihat bahwa Islam itu adalah agama perang. Selama orang percaya pada Islam dan mengira Qur’an adalah firman Tuhan, terorisme Islam akan selalu menang. Muslim yang berusaha memperbaharui Islam, bersikap toleran, dan mengadakan “dialog antar budaya” dengan mudah diberangus oleh otoritas Qur’an yang memuat begitu banyak ayat yang memerintahkan Muslim berperang melawan kafir.

Sura 4:84 Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya).

Ayat-ayat ini menjamin keberhasilan bagi Muslim:

Sura 4:141 … Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.

Dan janji-janji hadiah illahi:

Sura 9:20 Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.[31]

Ilmuwan-ilmuwan Muslim dimana pun menyuarakan dorongan untuk melakukan kekerasan. Tokoh agama utama Arab Saudi, sang Mufti Agung, membela semangat jihad atau perang suci sebagai hak yang diberikan Allah. “Penyebaran Islam terjadi dalam beberapa tahap, rahasia, dan lalu umum, di Mekah dan Medina,” yang adalah kota-kota tersuci dalam Islam, kata Sheikh Abdel Aziz Al Sheikh dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh badan berita Pemerintah SPA. “Tuhan memerintahkan Muslim untuk membela diri dan berperang terhadap siapapun yang menentang mereka, dan ini merupakan hak yang dihalalkan oleh Tuhan. Ini merupakan hal yang sangat masuk akal dan tidak dibenci Tuhan,” katanya.[32]

Imam Arab Saudi paling senior menjelaskan bahwa perang bukanlah pilihan utama Muhammad: “Dia memberi tiga pilihan: menerima Islam, atau menyerah dan bayar pajak jizya dan mereka boleh tetap tinggal di tanah mereka dan melakukan ibadah mereka di bawah perlindungan Muslim.” Pak Mufti Agung memang benar. Kekerasan terhadap non-Muslim memang merupakan pilihan terakhir, jika non-Muslim tidak mau memeluk Islam atau menyerah kepada tentara Islam. Ini bukan aturan asli ciptaan Muhammad. Perampok-perampok bersenjata lain juga tidak melakukan kekerasan jika korban mereka menyerah dan tak melawan. Memang para kriminal biasanya menggunakan kekerasan hanya jika korbannya melawan.

Saya melakukan perdebatan di internet melawan Pak Javed Ahmed Ghamidi, yang dipandang sebagai ahli Islam Pakistan paling terkemuka. Melalui muridnya yang bernama Dr. Khalid Zaheer, Pak Ghamidi menulis: “Pembunuhan yang dinyatakan di Qur’an ditujukan bagi mereka yang bersalah melakukan pembunuhan, atau melakukan kekacauan di bumi, atau mereka yang tidak layak hidup di dunia karena menolak pesan Tuhan yang sudah jelas disampaikan dan dimengerti.” Pak Ghamidi adalah Muslim moderat. Akan tetapi, dia sangat memahami agamanya dan yakin bahwa mereka yang menolak Islam “tidak layak hidup di dunia lagi” dan harus dibunuh.[33]

Penyerangan

Orang Muslim biasanya bangga untuk membicarakan “peperangan” Muhammad. Kebanggaan ini tiada dasarnya. Muhammad menghindari perang yang sesungguhnya. Dia lebih memilih penyergapan atau penyerangan mendadak sehingga dia bisa mengalahkan korban-korbannya yang kaget dan membantainya sewaktu mereka tidak siap dan tidak bersenjata.

Di sepanjang sepuluh tahun hidupnya, setelah hijrah ke Medina dan merasa kuat di tengah-tengah pengikutnya, Muhammad melakukan 74 penyerangan.[34] Beberapa dari penyerangan ini adalah pembunuhan-pembunuhan atas perorangan saja, dan penyerangan lainnya melibatkan ribuan orang. Dia ikut dalam 27 usaha penyerangan dan ini disebut ghazwa. Penyerangan-penyerangan yang diperintahkannya tapi dia sendiri tidak ikut menyerang disebut sebagai sariyyah. Baik ghazwa maupun sariyyah berarti serangan mendadak atau penyergapan.

Jikalau Muhammad ikut menyerang, dia selalu berada di bagian belakang tentaranya, dilindungi tentara khususnya. Tiada keterangan manapun dalam biografi Muhammad yang menuliskan dia sendiri bertarung melawan musuh.

Di salah satu perang yang dikenal sebagai Perang Fijar yang terjadi di Mekkah, Muhammad ikut berperang diantara paman-pamannya. Saat itu Muhammad berusia dua puluh tahun, dan tugasnya adalah mengumpulkan panah-panah musuh sewaktu gencatan senjata dan menyerahkannya kepada paman-pamannya. Muir menulis: “Sikap berani dan mahir bersenjata adalah hal yang tidak dimiliki Muhammad dalam sepanjang karirnya sebagai nabi.”[35]

Muhammad dan pengikutnya menyerang kota-kota dan desa-desa tanpa peringatan, melawan orang-orang sipil tak bersenjata, dengan pengecut membacoki mereka sebanyak mungkin yang bisa dilakukan, mengambil jarahan perang berupa hewan-hewan ternak, senjata-senjata dan semua harta benda korban, termasuk istri-istri dan anak-anak mereka. Pihak penyerang Muslim kadangkala menyandera para istri dan anak ini dengan tuntutan tebusan uang atau menyimpan/menjual mereka sebagai budak. Berikut adalah contoh kejadian penyerangan yang tercatat dalam sejarah Islam:

Sang Nabi tiba-tiba menyerang Bani Mustaliq tanpa peringatan ketika mereka sedang tidak siap dan ternak mereka sedang minum di tempat-tempat pengambilan air. Orang-orang yang melawan dibunuh dan para wanita dan anak-anak mereka ditawan; sang Nabi mendapatkan Juwairiya di hari itu. Nafi berkata bahwa Ibn Omar memberitahukan kisah itu padanya dan Ibn ‘Omar adalah salah satu dari tentara tersebut. [36]

Di perang ini, kata penyampai berita Muslim, “600 orang ditawan oleh tentara Muslim. Diantara barang jarahan terdapat 2.000 unta dan 5.000 kambing.” [37]

Dunia kaget ketika teroris-teroris Muslim membunuh anak-anak, lalu apologis Muslim dengan cepat mengumumkan pembunuhan anak-anak dilarang Islam. Tapi sebenarnya Muhammad memperbolehkan pembunuhan anak-anak di malam-malam penyerangan.

Dilaporkan berdasarkan wewenang dari Sa’b B. Jaththama bahwa sang Rasul Allâh s.a.w., ketika ditanya tentang para wanita dan anak-anak pagan yang dibunuh di malam penyerangan, berkata: Mereka adalah salah satu dari mereka.[38]

Tujuan penyerangan Muhammad adalah untuk menjarah. Beberapa sumber yang diakui oleh semua Muslim membenarkan agar bisa menang, sang Nabi menyerang secara tiba-tiba:

Ibn ‘Aun melaporkan: Aku menulis pada Nafi’ untuk bertanya padanya apakah perlu menawarkan kafir untuk masuk Islam sebelum diperangi. Dia menulis jawaban padaku hal ini penting di masa awal Islam. Rasul Allâh s.a.w. menyerang Banu Mustaliq ketika mereka sedang tidak siap dan memberi minum ternaknya di tempat pengambilan air. Dia membunuh mereka yang melawan dan menawan lainnya. Di hari yang sama dia menangkap Juwairiya bint al-Harith. Nafi’ berkata kisah ini disampaikan padanya oleh Abdullah b. Omar yang termasuk diantara tentara yang menyerang.[39]

Untuk mengesahkan serangan-serangan biadab terhadap orang-orang sipil, sejarawan Muslim seringkali menuduh pihak korban berencana melawan Islam. Akan tetapi, tiada alasan untuk mempercayai adanya suku Arab yang mencoba menyerang Muslim yang pada saat itu adalah gerombolan bandit yang kuat. Sebaliknya, banyak suku yang berdamai dengan Muslim dengan menandatangani perjanjian damai dengan Muhammad agar tidak diserang. Perjanjian-perjanjian damai ini nantinya dilanggar sendiri oleh Muhammad ketika dia sudah merasa kuat secara militer.

Jarahan tidak hanya memperkaya gerombolan rampoknya. Tapi jarahan juga termasuk budak-budak seks. Juwairiya adalah seorang wanita muda yang suaminya dibunuh, dan dia jatuh ke tangan seorang Muslim. Aisha, istri Muhammad yang paling disayangi dan yang termuda (yang menurut sumber Muslim berusia enam tahun ketika dikawini Muhammad yang saat itu berusia lima puluh satu tahun dan disetubuhi ketika berusia sembilan tahun) menemani Muhammad dalam penyerangan ini dan kemudian menyampaikan:

Ketika sang Nabi – semoga damai menyertainya – membagi-bagi tawanan Banu Al-Mustaliq, dia (Juwairiya) jatuh ke tangan Thabit ibn Qyas. Juwairiya menikah dengan sepupunya, yang dibunuh dalam perang. Dia bersedia memberi Thabit uang sembilan keping emas untuk kemerdekaannya. Dia adalah wanita yang sangat cantik. Dia mempesona setiap pria yang melihatnya. Dia datang meminta tolong kepada Nabi. Begitu aku melihatnya di pintu kamarku, aku tidak suka padanya, karena dia (Nabi) akan melihatnya sama seperti aku melihatnya. Dia (Juwairiya) masuk dan berkata padanya tentang siapa dirinya, yakni anak dari al-Harith ibn Dhirar, yang adalah kepala suku bangsanya. Dia berkata: “kau tahu masalahku. Aku jatuh ke tangan Thabit, dan berjanji membayar tebusan, dan aku meminta tolong padamu.” Dia berkata: “maukah kau yang lebih baik dari itu? Aku bebaskan utangmu, dan menikahimu.” Dia berkata: “Ya” “Kalau begitu jadilah!” jawab Rasul Allâh.[40]

Penjelasan ini menjawab semua sangkalan alasan Muhammad sebenarnya atas tindakannya mengawini banyak wanita. Dia dan orang-orangnya membunuh suami Juwairiya dalam penyerangan tiba-tiba tanpa sebab. Juwairiya adalah anak suku Bani Mustaliq dan seorang putri bangsawan. Dari bangsawan lalu dijadikan budak dan dimiliki oleh salah seorang bandit pengikut Muhammad. Akan tetapi, karena dia cantik, maka sang Nabi suci menawarkan “kemerdekaan” baginya dengan syarat kawin dengan sang Nabi. Apakah ini kemerdekaan? Punya pilihan apakah Juwairiya? Bahkan jika Muhammad benar-benar memerdekakannya, hendak pergi ke mana dia?

Apologis Muslim bersikeras bahwa kebanyakan istri-istri Muhammad adalah kaum janda. Orang awam bisa menyangka Muhammad mengawini mereka karena ingin menolong. Yang tidak disampaikan Muslim adalah para wanita yang “janda” ini ternyata muda dan cantik, dan para suami mereka dibunuh Muhammad. Juwairiya berusia 20 tahun dan Muhammad 58 tahun.

Para sejarawan Islam mengaku bahwa Muhammad tidak mau menikahi wanita kecuali jika mereka itu muda, cantik, dan tidak punya anak. Perkecualian adalah Sauda yang berusia sekitar tiga puluh tahunan ketika Muhammad menikahinya agar dia bisa mengurus anak-anak Muhammad. Berdasarkan sebuah hadis, Muhammad berhenti tidur dengannya ketika dia memiliki istri-istri yang lebih cantik dan muda,[41] semua istrinya berusia remaja atau awal dua puluh tahunan dan dia sendiri berusia sekitar lima puluh dan enam puluh tahunan. Sejarawan Tabari[42] mengisahkan bahwa Muhammad meminta Hind bint Abu Talib, sepupunya sendiri, untuk menikah dengannya tapi ketika Hind mengatakan dia punya anak, Muhammad tidak mau lagi. Muhammad juga meminta wanita lain bernama Zia’h bint Aamir untuk menikah dengannya, tapi ketika Zia’h menyebut umurnya, Muhammad berubah pikiran.[43]

Seorang Muslim bernama Jarir ibn Abdullah mengisahkan suatu kali Muhammad bertanya padanya, “apakah kau telah menikah?” Dia mengiyakan. Muhammad lalu bertanya, “Perawan atau janda?” Dia menjawab, “Aku menikahi seorang janda.” Lalu Muhammad berkata, “Mengapa tidak menikah dengan perawan saja agar kau bisa bermain dengannya dan dia denganmu?”[44]

Bagi Muhammad, wanita tidak lebih daripada obyek seks belaka. Wanita tidak lebih daripada barang kepunyaan. Fungsi wanita adalah untuk menyenangkan suami-suami mereka dan melahirkan anak-anaknya.

Perkosaan

Muhammad mengijinkan tentaranya untuk memperkosa para wanita yang ditawan dalam penyerangan-penyerangan yang dilakukan Muslim. Akan tetapi, setelah menangkap para wanita itu, para Muslim menghadapi dilema. Mereka ingin berhubungan seks dengan mereka tapi lalu ingin mendapat uang tebusan sandera dan tidak ingin membuat wanita-wanita itu hamil. Beberapa dari wanita-wanita ini sudah menikah. Suami-suami mereka ada yang berhasil menyelamatkan diri ketika tiba-tiba diserang dan mereka masih hidup. Tentara Muslim berpikir untuk melakukan azl atau coitus interruptus (mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita). Karena tidak yakin apa yang harus dilakukan, mereka datang kepada Muhammad untuk minta nasehat. Ini yang dilaporkan Bukhari:

Abu Saeed berkata: “Kami pergi bersama Rasul Allâh ke Ghazwa tempat Banu Al-Mustaliq dan kami menerima tawanan-tawanan diantar tawanan-tawanan Arab dan kami berhasrat pada wanita-wanita dan sukar untuk tidak berhubungan seks dan kami senang melakukan azl. Maka ketika kami hendak melakukan azl, kami berkata, ‘Bagaimana kami bisa melakukan azl sebelum bertanya pada Rasul Allâh yang ada diantara kita?’ Kami lalu bertanya padanya dan dia berkata, ‘Lebih baik jangan lakukan itu, karena jikalau sebuah jiwa (sampai hari kiamat) telah ditakdirkan akan ada, maka jiwa itu akan tetap ada.”[45]

Perhatikan bahwa Muhammad tidak melarang memperkosa wanita yang ditangkap dalam penyerangan. Sebaliknya, dia malah menjelaskan jika Allâh berniat menciptakan sesuatu, maka tiada yang dapat mencegahnya. Dengan kata lain, tanpa sperma sekalipun wanita dapat hamil. Jadi Muhammad memberi tahu orang-orangnya bahwa melakukan azl/coitus interruptus itu percuma saja karena itu bagaikan melawan niat Allâh yang tak dapat dicegah. Muhammad tidak mengatakan sepatah katapun yang melarang pemaksaan persemaian seksual terhadap tawanan-tawanan wanita itu. Sebaliknya, dengan mengritik azl, dia malah mendukung pemaksaan persemaian lewat hubungan seks.

Dalam Qur’an, Tuhannya Muhammad menghalalkan untuk berhubungan seks dengan budak-budak wanita, yang disebut sebagai “yang dimiliki tangan kanan,” bahkan sekalipun wanita-wanita itu telah menikah sebelum ditawan.[46]

Penyiksaan

Ibn Ishaq mengisahkan penaklukkan Khaibar. Dia melaporkan bahwa Muhammad tanpa peringatan apapun menyerang benteng-benteng kota ini yang dihuni kaum Yahudi dan membunuh banyak orang tak bersenjata ketika mereka melarikan diri. Seorang yang tertawan bernama Kinana. Ibn Ishaq menulis:

Kinana al-Rabi, yang menyimpan harta masyarakat Banu Nadir dibawa menghadap kepada sang Rasul yang menanyakan tentang harta itu. Dia (Kinana) menyangkal mengetahui di mana harta itu. Seorang Yahudi datang (sejarawan Tabari menulis “dibawa menghadap”), kepada sang Rasul dan berkata bahwa dia melihat Kinana pergi ke suatu reruntuhan setiap subuh. Sang Rasul berkata kepada Kinana, “Kau tahu jika kami menemukan harta itu, aku akan membunuhmu?” Dia berkata, “Ya.” Sang Rasul memerintahkan reruntuhan itu dibongkar dan beberapa harta ditemukan. Lalu Rasul bertanya padanya di mana harta yang lain, dan dia tidak mau menjawab, sehingga Rasul memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, “Siksa dia sampai mengaku.” Maka dia menyalakan api dengan batu percik dan besi di atas dada Kinana sampai dia hampir mati. Lalu sang Rasul menyerahkan Kinana kepada Muhammad b. Maslama yang lalu memancung kepalanya, sebagai tindakan balas dendam atas kematian saudara lakinya Mahmud.[47]

Di hari yang sama Muhammad menyiksa sampai mati pemuda Kinana, dia juga mengambil istri Kinana yang bernama Safiya yang berusia tujuh belas tahun ke dalam sebuah tenda untuk disetubuhi. Dua tahun sebelumnya, sang Nabi memancung kepala ayah Safiya dan juga seluruh kaum pria Yahudi Bani Qurayza yang telah tumbuh bulu kemaluan. Ibn Ishaq menulis:

Sang Rasul menguasai benteng-benteng Yahudi satu demi satu, kemudian mengambil tawanan-tawanan. Diantara para tawanan terdapat Safiya, istri Kinana yang adalah kepala masyarakat Khaibar, dan dua wanita saudara sepupu; sang Rasul memilih Safiya untuk dirinya sendiri. Tawanan-tawanan lainnya dibagi-bagikan diantara para Muslim. Bilal membawa Safiya kepada sang Rasul, dan mereka melewati beberapa mayat Yahudi dalam perjalanan itu. Kawan-kawan wanita Safiya menangis dan menabur debu di atas kepala mereka. Ketika Rasul Allâh melihat hal ini, dia berkata, “Singkirkan wanita iblis ini dari hadapanku.” Tapi dia memerintahkan Safiya untuk tetap tinggal, dan menyelubungkan jubahnya kepada Safiya. Dengan ini para Muslim tahu bahwa Muhammad memilih Safiya bagi dirinya sendiri. Sang Rasul menegur Bilal, “Sudah hilangkah belas kasihanmu sehingga kau bawa wanita-wanita ini melalui mayat-mayat suami mereka?”

Bukhari juga mencatat beberapa hadis tentang penaklukan Muhammad terhadap Khaibar dan tindakan perkosaannya terhadap Safiya.

Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.’ Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang-orang ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku-suku Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.”

Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi.[48]

Pembunuhan

Dunia modern kaget ketika mengetahui beberapa Muslim merasa satu-satunya cara menghadapi kritik Islam adalah membunuh pengritiknya. Di tahun 1989, Khomeini mengeluarkan fatwa untuk membunuh Salman Rushdie karena Rushdie menulis buku berjudul Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses) yang dianggap menghina Islam. Beberapa orang mencela Khomeini dan menuduhnya sebagai ekstrimis. Herannya, banyak yang menyalahkan Rushdie yang “tidak peka” terhadap orang Muslim yang mudah tersinggung. Di tanggal 14 Februari, 2006, kantor berita Pemerintah Iran melaporkan fatwa itu tetap berlaku selamanya.

Sejak berkuasa, rezim Islam Iran telah mengenyahkan secara sistematis para penentangnya dengan cara membunuhi mereka, baik yang tinggal di dalam maupun di luar Iran. Ratusan penentang sudah dibunuh dengan cara ini, termasuk Dr. Shapoor Bakhtiar, seorang demokrat dan Perdana Menteri terakhir yang ditunjuk oleh Shah Iran. Yang tidak diketahui khalayak umum adalah pembunuhan adalah cara Muhammad menghadapi orang-orang yang menentangnya. Saat ini, Muslim yang membunuhi pengritik Islam hanyalah mengikuti contoh perbuatan nabinya.

Ka’b bin Ashraf adalah salah satu korban Muhammad. Seperti yang ditulis para sejarawan Muslim, Ka’b adalah pria muda yang rupawan, penulis sajak berbakat, dan ketua Banu Nadir, yang adalah salah satu dari suku-suku Yahudi di Medina. Setelah Muhammad mengusir Banu Qainuqa, yang adalah suku Yahudi lain di Medina, Ka’b jadi khawatir akan nasib masyarakatnya terhadap ancaman Muslim. Jadi dia mengunjungi Mekkah untuk mencari perlindungan. Dia menyusun puisi dan memuji orang-orang Mekkah atas keberanian dan martabatnya. Ketika Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid, dan setelah sembahyang, dia berkata:

“Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allâh dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allâh! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.”

Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) dari kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allâh, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan….

Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh."

Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya."

Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita-wanita Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b erat-erat, dia berkata (pada kawan-kawannya), "Bunuh dia!" Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi.[49]

Rasul Allâh tidak hanya menganjurkan pembunuhan, tapi dia juga merancang penipuan dan pengelabuan. Salah satu korban tindakan pembunuhan Muhammad adalah seorang pria tua bernama Abu Afak, yang dikabarkan berusia 120 tahun. Dia menulis puisi yang isinya menangisi orang-orang yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis bahwa Muhammad adalah orang gila yang dengan sesukanya menetapkan larangan dan ijin kepada orang-orang, yang mengakibatkan mereka kehilangan akal sehat dan jadi benci satu sama lain. Ibn Sa’d melaporkan kisahnya sebagai berikut:

Lalu terjadi “sariyyah” (serangan) oleh Salim Ibn Umayr al-Amri terhadap Abu Afak, orang Yahudi, di bulan Shawwal di awal bulan ke duapuluh sejak Rasul Allâh hijrah (pindah dari kota Mekah ke Medina di tahun 622M). Abu Afak berasal dari masyarakat Banu Amr Ibn Awf, dan dia adalah orang tua yang berusia seratus dua puluh tahun. Dia adalah orang Yahudi, dan sering membujuk orang melawan Rasul Allâh, dan menulis puisi tentang Muhammad.

Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menentangnya dan dia ikut dalam perang Badr, katanya, “Aku bersumpah akan membunuh Abu Afak atau lebih baik mati di hadapannya. Dia menunggu kesempatan sampai tiba suatu malam yang panas, dan Abu Afak tidur di tempat terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal itu, jadi dia meletakkan pedangnya di atas hati Abu Afak dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allâh menjerit dan orang-orang pengikutnya cepat-cepat membawanya ke dalam rumahnya dan menguburnya. [50]

Satu-satunya “dosa” orang tua ini adalah menulis puisi yang mengritik Muhammad.

Ketika Asma bint Marwan, seorang ibu Yahudi yang punya lima anak kecil mendengar hal ini, dia merasa sangat marah dan lalu menulis puisi mengutuk orang-orang Medina yang mengijinkan orang asing (Muhammad) memecah-belah mereka dan membiarkan dia membunuh orang tua tak berdaya. Sekali lagi Muhammad datang ke orang-orangnya dan mengeluh:

“Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari hadapanku?” `Umayr bin. `Adiy al-Khatmi yang saat itu berada di situ mendengarnya, dan di malam itu juga dia pergi ke rumah Asma dan membunuhnya. Di pagi hari dia datang menghadap sang Rasul dan memberitahu apa yang diperbuatnya dan Muhammad berkata, “Kau telah menolong Allâh dan Rasulnya, wahai `Umayr!" Ketika dia bertanya apakah dia akan menanggung dosa pembunuhan, sang Rasul berkata, “Dua kambing tidak sudi bertumbukan kepala baginya (Asma).”[51]

Setelah dipuji Muhammad karena membunuh Asma, sang pembunuh pergi menemui anak-anak Asma dan menyombongkan diri karena membunuh ibu mereka, dan dia mengancam anak-anak itu dan masyarakat suku korban.

Terjadi kegemparan diantara masyarakat Bani Khatma hari itu tentang pembunuhan terhadap anak wanita Marwan. Dia punya lima anak laki-laki, dan ketika `Umayr pergi bertemu dengan mereka setelah menghadap sang Rasul, dia berkata, “Aku telah membunuh bint Marwan, wahai putra-putra Khatma. Lawan aku jika kau berani; jangan biarkan aku menunggu.” Ini adalah hari pertama Islam menjadi kuat diantara orang-orang B. Khatma; sebelum kejadian itu orang-orang yang jadi Muslim merahasiakan diri. Orang yang pertama masuk Islam adalah `Umayr b. `Adiy yang dijuluki “Pembaca” dan `Abdullah b. Aus and Khuzayma b. Thabit. Di hari setelah Bint Marwan dibunuh, orang-orang B. Khatma masuk Islam karena mereka telah melihat kekuatan Islam. [52]

Setelah pembunuhan-pembunuhan ini, para Muslim Medina jadi semakin sombong dan merasa kuat, karena mereka telah membuat musuh-musuh mereka takut. Muhammad ingin menyatakan pesan bagi semua yang berani mengritiknya, hal ini berarti kematian.[53] Ini modus operandi yang persis sama yang dipakai para muslim saat ini, dimana ancaman harus (perlu) dilaksanakan. Mereka mengikuti model dan contoh yang dilakukan nabi mereka, yang mereka anggap sebagai ahli strategi terbesar. Mereka ingin menciptakan batasan ketakutan agar mereka bisa mendirikan supremasi mereka melalui teror.

Tidak dapat disangkal lagi dalam pikiran teroris-teroris Muslim bahwa strategi pembunuhan seperti ini memang mujarab. Bagi mereka, nasehat Qur’an untuk “menimbulkan rasa takut di hati kafir”[54] memang tampak seperti cara pasti untuk menang. Cara ini berhasil bagi Muhammad. Dia menyombong, “Aku telah dimenangkan karena teror.”[55] Cara ini berhasil pula di Spanyol ketika para teroris membunuh dua ratus orang dengan meledakkan kereta api bawah tanah pada tanggal 11 Maret, 2004, dan sebagai akibatnya, masyarakat Spanyol memberikan suara dalam Pemilu untuk memilih seorang pemimpin sosialis yang dengan segera menerapkan kebijaksanaan yang menguntungkan para Muslim.

Karena keberhasilan yang ditunjukkan Muhammad dan ajaran ideologinya, para teroris Muslim yakin bahwa strategi teror akan berhasil di manapun dan kapanpun. Mereka tidak akan berhenti sampai seluruh dunia takluk atau mereka terbukti salah karena kalah melawan kekuatan yang lebih besar.

Dunia Islam adalah dunia yang sakit, dan sudah jelas penyebab sakitnya adalah Islam itu sendiri. Hampir setiap kejahatan yang dilakukan Muslim dilakukan dan dihalalkan berdasarkan perkataan dan perbuatan Muhammad. Ini kenyataan pahit yang menyedihkan, sehingga banyak orang yang memilih tidak mau tahu.

Ada pula hadis yang dikisahkan oleh Anas, sahabat Muhammad, tentang sekelompok Arab terdiri dari delapan orang yang datang menghadap Muhammad dan mengeluh akan cuaca Medina. Muhammad menganjurkan mereka minum kencing unta sebagai obat dan mengirim mereka menemui penggembala unta di luar kota. Orang ini membunuh penggembala dan mencuri unta-untanya. Ketika Muhammad tahu akan hal ini, dia menyuruh orang-orangnya mengejar mereka. Lalu dia memerintahkan agar tangan dan kaki mereka dipotong, meminta paku-paku yang dipanaskan dan lalu ditusukkan ke dalam mata mereka, dan mereka ditelantarkan di daerah berbatu untuk mati pelan-pelan. Anas berkata bahwa mereka minta air, tapi tidak ada yang memberi sampai akhirnya mereka mati.[56]

Orang-orang Arab yang membunuh dan mencuri memang harus dihukum, tapi buat apa segala penyiksaan hebat ini? Bukankah Muhammad sendiri membunuh dan mencuri? Dari mana dia dapat unta-unta tersebut? Bukankah dia mencurinya dari orang lain? Bukankah dia sendiri menyerang dan membunuh orang-orang untuk menjarah harta mereka?

Standar moral ganda/berbeda (double standard) ini merupakan sifat dunia Muslim sejak awal. Konsep Hukum Emas (Golden Rule – perlakukan orang lain seperti dirimu ingin diperlakukan) tidak ada dalam pikiran Muslim. Mereka ingin menikmati semua perlakuan khusus di Negara-negara non-Muslim, tapi mereka sendiri menyangkal hak-hak azasi non-Muslim di Negara-negara yang mayoritas Muslim. Mereka dengan tulus beranggapan standar ganda itu memang wajar.

Pembantaian Masal

Terdapat tiga suku Yahudi yang hidup di sekitar Yathrib (nama lama Medina), yakni Banu Qainuqa, Bani Nadir dan Banu Quraiza. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mereka merupakan penduduk asli kota itu. Awalnya Muhammad mengira karena dia telah mengutuk agama pagan dan mengutip nabi-nabi Alkitab, maka kaum Yahudi dengan penuh semangat akan bersedia jadi pengikutnya. Bagian-bagian awal Qur’an penuh dengan kisah-kisah Musa dan Alkitab. Awalnya Muhammad memilih Yerusalem sebagai arah qibla sewaktu sembahyang, dengan harapan kaum Yahudi mau jadi pengikutnya. Ahli Muslim bernama W. N. Arafat menulis, “Sudah diterima umum bahwasanya Nabi Muhammad berharap para Yahudi di Yathrib yang adalah pengikut agama illahi, akan menunjukkan pengertian terhadap agama baru penyembah satu Tuhan yakni Islam.”[57] Akan tetapi betapa herannya dia ketika mengetahui bahwa masyarakat Yahudi, sama seperti masyarakat Quraish, tidak peduli atas panggilannya. Setelah harapannya pupus dan kesabarannya habis, dia mulai bersikap bermusuhan terhadap mereka. Kaum Yahudi tidak mau meninggalkan agama kakek moyang mereka untuk memeluk agama baru Muhammad. Penolakan ini membuatnya marah dan dia lalu mencari cara membalas dendam. Pembunuhan terhadap Abu Afak dan Asma hanyalah awal dari kebenciannya atas kaum Yahudi. Setelah merasa lebih percaya diri karena berhasil merampoki kafilah-kafilah yang lewat, Muhammad mulai mengalihkan sasaran rampok kepada kekayaan kaum Yahudi di Yathrib dan mencari alasan untuk menyerang, mengenyahkan mereka dan merampas kekayaannya. Kemarahannya terhadap kaum Yahudi mulai nampak dalam ayat-ayat Qur’an yang disusunnya, di mana dia menuduh mereka tak berterimakasih kepada Allâh, membunuh nabi-nabi mereka dan melanggar hukum agama mereka sendiri. Dia bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan mengatakan karena kaum Yahudi melanggar hukum Sabbath, maka Tuhan mengubah mereka jadi kera dan babi.[58] Sampai hari ini para Muslim tetap yakin bahwa kera dan babi adalah keturunan kaum Yahudi.

Penyerangan terhadap Banu Qainuqa’

Masyarakat Yahudi pertama yang menjadi korban kebuasan Muhammad adalah Banu Qainuqa’. Mereka hidup di sekitar Yathrib. Mata pencaharian mereka adalah berkarya seni, membuat kerajinan emas, peralatan besi, rumah tangga dan senjata-senjata.Mereka tidak mahir dalam berperang dan mempercayakan masalah keamanan pada bangsa Arab. Hal ini terbukti menjadi kesalahan fatal bagi keberadaan mereka. Banu Qainuqa’ adalah sekutu suku Arab Khazraj dan mendukung mereka dalam pertikaian dengan suku Arab saingan Khazraj yakni Aws.

Kesempatan menyerang suku Yahudi ini datang ketika pertikaian timbul diantara beberapa Yahudi dan Muslim. Seorang warga Banu Qainuqa’ bergurau dan menancapkan ke tanah gaun seorang Muslimah yang sedang jongkok di toko perhiasan di pasar Banu Qainuqa’. Ketika Muslimah itu berdiri, gaunnya sobek dan dia tampak telanjang. Seorang Muslim lewat dan orang ini sudah terlebih dahulu benci terhadap orang Yahudi karena ucapan-ucapan nabinya. Muslim ini menyerang orang Yahudi itu dan membunuhnya. Anggota keluarga korban lalu membunuh Muslim ini sebagai balasnya.

Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu Muhammad. Bukannya menenangkan keadaan, tapi dia secara tidak adil menyalahkan seluruh kaum Yahudi, dan memerintahkan mereka menerima Islam, kalau tidak akan diperangi. Kaum Yahudi menolak dan berlindung di dalam benteng mereka. Muhammad mengepung mereka, menutup saluran air, dan berjanji membunuh mereka semua.

Dalam Sura 3:12 dapat dibaca bagaimana Muhammad menyatakan ancamannya: “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya" sambil membual bagaimana dia mengalahkan kaum pagan Quraish di Badr.

Setelah dua minggu, suku Yahudi mencoba untuk merundingkan usaha menyerah, tapi Muhammad tidak mau. Dia ingin membunuh mereka semua. Abdullah ibn Ubayy, yang adalah ketua suku Arab Khazraj, memegang kerah baju Muhammad dan mengatakan padanya dia tidak akan membiarkan Muhammad membunuh sekutu dan rekan-rekannya tanpa alasan. Muhammad mengerti bahwa suku Khazraj menghormati ketuanya. Dia tahu jika suku Khazraj mengepungnya, dia bisa kalah. Dia mendorong ibn Ubayy dan mukanya kelam karena murka dan setuju untuk tidak membantai kaum Yahudi asalkan mereka meninggalkan kota mereka. Inilah kisah yang ditulis Ibn Ishaq.

Banu Qainuqa’ adalah kaum Yahudi pertama yang melanggar perjanjian dengan sang Rasul dan berperang, di antara Badr dan Uhud, dan sang Rasul mengepung mereka sampai mereka menyerah tanpa syarat. `Abdullah b. Ubayy b. Salul pergi menemui sang Rasul ketika mereka semua sudah berada di bawah kekuasaan Muhammad dan berkata, ‘Wahai Muhammad, bersikaplah baik terhadap kawan-kawanku (Yahudi adalah sekutu suku Khazraj), tapi sang Rasul menolaknya. Dia (`Abdullah) mengulangi perkataannya sekali lagi, dan sang Rasul menolaknya, maka dia merenggut kerah jubah sang Rasul; sang Rasul sangat marah sehingga mukanya hampir tampak hitam. Dia berkata, ‘Terkutuk kau, lepaskan aku.’ Dia (`Abdullah) menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berlaku baik terhadap kawan-kawanku. Empat ratus orang tanpa surat dan tiga ratus orang yang menerima surat melindungiku dari seluruh musuh-musuhku; apakah kau akan membunuh mereka semua dalam waktu satu pagi? Demi Tuhan, aku takut keadaan akan berubah.’ Sang Rasul berkata,’Kau boleh memilikinya.’ [59]

Penulis-penulis biografi juga menambahkan bahwa Muhammad dengan bersungut berkata, “Biarkan mereka pergi. Tuhan mengutuk mereka dan dia juga! Maka Muhammad mengampuni nyawa mereka asal mereka mengasingkan diri dari tanah mereka. ”[60]

Dia menuntut Banu Qainuqa’ menyerahkan segala kekayaan dan peralatan perang mereka, mengambil seperlima jarahan bagi dirinya sendiri dan membagi-bagikan sisanya diantara pengikutnya. Suku Yahudi Banu Qainuqa’ diusir. Sejarawan Muslim menulis bahwa mereka melarikan diri ke Azru‘a di Syria di mana mereka tinggal sebentar dan setelah itu musnah.[61]

Penyerangan atas Banu Nadir

Berikutnya adalah giliran Banu Nadir, satu suku Yahudi lainnya di Yathrib. Setelah melihat apa yang dilakukan Muhammad terhadap Banu Qainuqa’, Ka'b Ibn Ashraf, kepala suku Banu Nadir mencari perlindungan kaum Quraish dan seperti yang dijelaskan di atas, dia dibunuh.

Sebelumnya telah terjadi perang pembalasan (Uhud) antara orang-orang Mekkah dan Muslim di mana Muslim dikalahkan. Muhammad perlu mengkompensasi kekalahannya dan menguatkan kembali iman para pengikutnya bahwa Allah tidak membiarkan mereka kalah. Banu Nadir adalah target yang gampang.

Sejarawan Muslim Pakistan dan ahli tafsir Qur’an dan pencetus ide kebangkitan Islam, Maududi, mengisahkan sebagai berikut: “Beberapa lama setelah penjatuhan hukuman (pengusiran suku Qainuqa’ dan pembunuhan sejumlah penyair Yahudi), orang-orang Yahudi terus dicekam rasa ketakutan dan mereka tidak berani lagi bertindak. Namun kemudian di bulan Shawaal, tahun ketiga Hijrah, kaum Quraish dengan persiapan yang matang membalas dendam atas kekalahan mereka di Badr terhadap Madinah, dan orang-orang Yahudi melihat hanya ada beberapa ribu orang yang berperang dengan Nabi Suci (saw) melawan tiga ribu orang Quraish, dan malah 300 orang munafik melarikan diri kembali ke Medinah. Pengikut Abdullah ibn Ubayy, kepala suku Khazraj adalah yang pertama-tama melanggar persetujuan perdamaian dengan menolak bergabung dengan Nabi Suci membela kota tersebut walaupun mereka terikat perjanjian untuk melakukannya.”

Sangatlah menakjubkan bahwa kaum Muslim berpikir bahwa orang-orang Yahudi terikat perjanjian untuk membantu Muhammad bertarung dalam perang agama melawan orang-orang Mekkah, walaupun dia telah mengusir salah satu suku mereka (Yahudi) dan telah membunuh kepala suku mereka dan dua penyair mereka. Perang antara Muhammad dan orang-orang Quraish tidak ada hubungannya dengan orang Yahudi, dan dengan membunuh orang-orang Yahudi dan mengusir Banu Qainuqa’, Muhammd telah melanggar perjanjian perdamaian dengan mereka. Dan masih juga, untuk membenarkan kelakukan bejatnya, pembela Islam menyalahkan orang Yahudi dengan menuduh mereka melanggar perjanjian.

Muhammad sekarang sedang mencari alasan untuk mengusir Banu Nadir. Mereka memiliki tanah pertanian terbaik di Yathrib dan taman-taman penuh pohon kurma dan mempekerjakan banyak orang Arab. Karena itu beberapa Muslim, yang berkat jasa Muhammad telah menjadi bandit ulung, membunuh dua orang dari Banu Kalb. Suku ini telah menandatangani perjanjian damai dengan Muhammad, di mana pengikut-pengikut Muhammad tidak boleh merampok atau membunuh mereka dan sebagai gantinya akan mendapat dukungan dari mereka. Para pembunuh itu mengira korban mereka adalah dari suku lain. Seperti yang digariskan tradisi, Muhammad harus membayar ganti rugi uang darah atas pertumpahan darah ini. Walaupun telah diperkaya dengan harta rampokan dari Banu Qainuqa’, sang Nabi pergi menghadap Banu Nadir dan meminta mereka turut membantu membayar uang darah itu sebagai bagian dari perjanjian damai. Ini adalah permintaan yang keterlaluan dan Muhammad mengharap Banu Nadir akan menolak, dan itu akan memberi dia alasan untuk memperlakukan mereka sebagaimana dia telah memperlakukan Banu Qainuqa’. Namun Banu Nadir terlalu takut untuk menolak permintaan tidak adil itu. Mereka setuju untuk membantu dan bubar untuk mengumpulkan uang. Muhammad dan teman-temannya duduk di bawah dinding, menunggu. Ini bukanlah apa yang direncanakan Muhammad. Dia telah datang membawa permintaan yang sangat tidak adil dengan harapan akan menerima reaksi negatif dan karenanya dapat melaksanakan rencana busuknya. Sekarang dia harus membuat strategi baru.

Tiba-tiba dia mendapat “inspirasi” baru. Dia berdiri dan tanpa mengucap sepatah katapun kepada para pengikutnya, dia meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah. Ketika para pengikutnya menanyainya kemudian, dia berkata bahwa malaikat Jibril memberitahu dia bahwa orang-orang Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan batu ke kepalanya dari atas dinding di mana mereka sedang duduk. Dengan alasan ini dia mulai menyiapkan serangannya atas Banu Nadir.

Tidak ada satupun pengikut Muhammad yang melihat orang memanjat dinding itu atau mendengar rencana pengancaman jiwa mereka. Namun orang-orang ini yang telah banyak mendapat keuntungan keuangan dengan mengikuti dia, percaya apa saja yang dikatakannya, tidak punya alasan ataupun kehendak untuk meragukan apa yang dikatakannya.

Orang berakal yang mana saja bisa melihat kemustahilan cerita Muhammad. Jika Banu Nadir benar-benar mau dan berani membunuhnya, mereka tidak perlu memanjat dinding untuk menjatuhkan batu. Muhammad hanyalah didampingi segelintir pengikutnya, Abu Bakr, Omar, Ali dan mungkin satu atau dua lainnya lagi. Sangatlah mudah untuk membunuh mereka semua, jika memang ini yang mereka kehendaki. Tuduhan ini jelas-jelas palsu.

Nabi yang percaya bahwa Allah itu khairul maakereen (penipu paling ulung), (Sura 3:54) dengan sendirinya adalah orang yang licik. Cerita tentang Jibril memberitahu dia tentang rencana orang Yahudi untuk mencabut nyawanya sama kredibelnya seperti cerita tentang kunjungannya ke neraka dan surga. Namun para pengikutnya yang gampang dibodohi itu percaya padanya dan sangat marah mendengar dongeng karangannya itu. Bersamanya merekapun maju menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa.

Maududi menutup ceritanya dengan berkata: “Sekarang tidak ada alasan untuk memberi mereka kemurahan hati lagi. Nabi suci segera memberi mereka ultimatum bahwa pengkhianatan terencana mereka terhadapnya telah diketahuinya; dan karena itu mereka harus meninggalkan Madinah dalam sepuluh hari. Jika mereka terdapati masih tinggal di tempat tinggal mereka, mereka akan dibunuh dengan pedang.” Maududi memberi contoh yang sempurna akan logika Muslim dengan menceritakan dongeng pengkhianatan Muhammad seakan-akan itu hal yang alami dan semestinya orang bertindak.

Abdullah bin Ubayy berusaha keras membantu Banu Nadir, tetapi saat itu pengaruhnya terlalu lemah dan pengikut-pengikut Muhammad telah terbutakan oleh iman mereka. Mereka tidak mengizinkan bin Ubayy memasuki tenda Muhammad dan malahan menyerangnya dan melukai wajahnya dengan pedang.

Setelah beberapa hari, Banu Nadir berunding untuk meninggalkan semua harta benda mereka bagi Muhammad dan meninggalkan kota. Beberapa di antara mereka pergi ke Suriah dan yang lainnya pergi ke Khaibar dan beberapa tahun kemudian dibunuh ketika Muhammad mengincar kekayaan kaum Yahudi di sana.

Walaupun Muhammad membiarkan orang-orang ini pergi, rencananya yang pertama adalah untuk membantai mereka. Berikut ini adalah kutipan dari Sirat (Sejarah hidup Muhammad) yang membuat hal ini sangat jelas:

Mengenai Banu al-Nadir, Surat al Mujadila diturunkan di mana dikisahkan bagaimana Allah membalas dendam pada mereka dan memberi Rasulnya kekuasaan atas mereka dan bagaimana Dia memperlakukan mereka. Allah berkata: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pad saat pengusiran kali yang pertama. ….Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. Dan jika tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka,” yang merupakan balas dendam dari Allah. “Benar-benar Allah mengazab mereka di dunia ini, yaitu dengan pedang, dan di akhirat neraka jahanam."[62]

Dalam pengepungan ini Muhammad memerintahkan penebangan dan pembakaran pohon-pohon milik Banu Nadir. Kekejian ini tidak pernah dilakukan bahkan oleh orang-orang primitif Arab. Yang perlu dilakukannya untuk membenarkan kekejiannya ini hanyalah membuat teman khayalannya menyetujui apa yang telah dia lakukan. Ini sangat mudah dilakukan jika Allah tunduk pada kehendakmu.

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Sura 59: 5)

Sangat mudah membayangkan mengapa di lingkungan kering kerontang padang pasir, para penghuni padang pasir menganggap penebangan pohon dan peracunan sumur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga melanggar perjanjian perdamaian dan adat lokal.

Seorang cendekiawan Muslim, Al-Mubarkpouri, berkata: “Rasul Allah (saw) menyita senjata mereka, tanah, rumah dan harta kekayaan mereka. Di antara rampasan itu dia berhasil menyita 50 baju pelindung, 50 helmet dan 340 pedang. Rampasan ini semuanya milik Nabi semata, karena tidak ada perang yang terlibat dalam penyitaannya. Dia membagikan rampasan itu sesuai kehendaknya di antara para Muhajirin dan dua orang miskin Ansar, Abu Dujana dan Suhail bin Haneef. Rasul Allah menghabiskan sebagian dari harta ini untuk keluarganya untuk kehidupan mereka sepanjang tahun. Sisanya digunakan untuk melengkapi tentara Muslim dengan senjata bagi perang-perang berikutnya dalam jalan Allah. Hampir semua ayat dalam surat al Hashr mengambarkan pengusiran kaum Yahudi dan menyingkapkan kelakuan memalukan kaum munafik. Ayat-ayat itu mewujudkan peraturan berkenaan dengan harta rampasan. Dalam surat ini, Allah yang maha kuasa memuji para Muhajirin dan Ansar. Surat ini juga menunjukkan kehalalan menebang dan membakar lahan musuh dan pohon-pohon untuk tujuan militer. Tindakan ini tidak bisa dianggap sebagai perusakan asalkan dilakukan dalam jalan Allah.”

Seperti halnya Maududi, Mubarakpouri juga menunjukkan tidak-adanya hati nurani dan etika yang menjadi ciri khas ummah. Muslim melakukan apa yang nabi mereka lakukan. Mereka menganggap membakar dan merajah harta orang-orang non Muslim sebagai tindakan halal dalam perang, karena itu disetujui dan dilakukan sendiri oleh Muhammad. Berdasarkan tindakan Muhammad, dapat disimpulkan bahwa kekejaman dalam Islam, dengan sangat disayangkan, bukanlah penyimpangan dari Islam yang sejati. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan pembunuhan adalah praktek Islam. Tidak ada yang melampaui batas dalam memajukan agama Allah.

Anehnya, surat al-Hashrs diakhiri dengan menyuruh muslim bertakwa kepada Tuhan, yang membuatnya jelas bahwa ketakwaan bagi Muslim mempunyai arti yang sangat lain. Pembela Islam berkata bahwa moralitas jaman sekarang tidak boleh dipakai untuk menilai Muhammad yang hidup 1400 tahun yang lalu. Ironisnya, mereka menggunakan moralitas itu sebagai standar dan mencoba memaksakannya pada semua manusia setiap waktu.

Seorang muslim menulis padaku, “Semua tulisan ini menjadi problematik bagi banyak orang karena pandangan mereka tentang apa yang benar secara moral dan apa yang salah secara moral. Sumber penyakit ini adalah mentalitas orang Kristen yang “memberi pipi lainnya” dan “penebusan penderitaan oleh Kristus” yang kedua-duanya telah menjadi penyakit dalam akal orang Eropa selama berabad-abad.”

Aku tidak percaya moralitas dan etika adalah penyakit. Keduanya berasal dari hati nurani manusia dan merupakan prinsip-prinsip Hukum Emas (Golden Rule). Kita tahu bedanya yang benar dan yang salah ketika kita mempertimbangkan bagaimana kita mau diperlakukan oleh orang lain.

Penyerangan terhadap Banu Quraiza

Suku Yahudi terakhir yang menjadi korban dendam Muhammad adalah Banu Quraiza. Tidak lama setelah Perang Parit (Khandaq) selesai, orang-orang Mekkah yang tidak tahan lagi terhadap serangan terus menerus Muhammad terhadap karavan mereka maju ke gerbang kota Madinah untuk menghukumnya. Atas ajuran seorang Muslim Persia, mereka menggali parit di sekitar kota itu yang menyulitkan musuh-musuh Muhammad untuk memasuki kota, yang membuat mereka menarik diri. Muhammad menjadikan Banu Quraiza targetnya. Dia mengklaim bahwa malaikat Jibril mengunjunginya dan memintanya mencabut pedangnya dan menuju ke tempat tinggal Banu Quraiza dan memerangi mereka. “Jibril berkata bahwa dirinya dengan pasukan para malaikat akan pergi mengguncangkan pertahanan mereka dan menebarkan ketakutan di hati mereka,"[63] tulis Al-Mubarakpouri. Al-Mubarakpouri berkata lebih lanjut: “nabi Allah langsung memanggil si pengumandang azan dan memerintahkannya untuk mengumumkan perang baru terhadap Banu Quraiza.”[64]

Sangatlah penting dalam mempelajari Islam untuk mengerti bahwa panggilan untuk sholat adalah juga panggilan untuk berperang. Kerusuhan-kerusuhan dan penjarahan kaum muslim selalu dimulai di mesjid setelah mereka selesai sholat. Mereka paling bersemangat di bulan suci Ramadan dan pada hari Jumat. Dalam khotbah peringatan hari kelahiran Muhammad di tahun 1981, Ayatollah Khomeini berkata:

Mehrab (Mesjid)) berarti tempat perang, tempat untuk bertempur. Di luar mehrab, perang harus berlangsung. Seperti halnya semua perang-perang dalam Islam berlangsung terus di luar mehrab. Nabi memiliki pedang untuk membunuh orang. Imam-Imam suci kita cukup militan. Mereka semua adalah pendekar perang. Mereka biasa menyandang pedang. Mereka biasa membunuh orang. Yang kita perlukan adalah seorang Kalifah yang akan memotong tangan, memenggal leher dan merajam orang, seperti halnya rasul Allah biasanya memotong tangan, memenggal leher dan merajam orang.[65]

Muhammad mengepalai pasukan tentara yang terdiri dari tiga ribu tentara infantri dan tiga puluh tentara berkuda dari kalangan orang Ansar dan Muhajirin. Banu Quraiza dituduh bersekongkol dengan orang-orang Quraish melawan kaum Muslim. Pada kenyataannya, sejarawan-sejarawan Muslim membantah tuduhan ini dan berkata bahwa orang-orang Mekkah menarik diri tanpa berperang karena mereka tidak menerima dukungan dari Banu Quraiza.

Ketika Muhammad mengumumkan niatnya, Ali, sepupunya yang merupakan pendukung utamanya, bersumpah tidak akan berhenti hingga dia berhasil menyerbu benteng mereka atau mati. Pengempungan ini berlangsung selama 25 hari. Akhirnya Banu Quraiza menyerah tanpa syarat. Muhammad memerintahkan kaum lelaki diikat tangannya dan kaum wanita dan anak-anak dikurung. Saat itulah suku Aws yang merupakan sekutu Banu Quraiza datang memohon Muhammad untuk berlembut hati terhadap mereka. Muhammad menyarankan agar Sa‘d bin Mu‘adh, seorang penjahat bengis di antara mereka yang telah terluka berat oleh panah untuk menjatuhkan hukuman terhadap orang-orang Yahudi itu. Sa’d dulunya adalah sekutu Banu Quraiza, tetapi sejak dia masuk Islam hatinya telah berubah melawan mereka. Dia juga menyalahkan mereka terhadap luka yang didapatnya ketika seorang Mekkah melontarkan anak panah dalam Perang Parit. Muhammad tahu bagaimana perasaan Sa’d terhadap Banu Quraiza. Sa’d adalah bodyguard (pelindung)nya dan tidur di mesjid.

Vonis Sa'd's adalah “semua lelaki anggota suku yang bertubuh sempurna harus dibunuh, wanita dan anak-anak dijadikan tawanan dan harta mereka dibagi-bagikan di antara para pendekar Muslim.”

Muhammad sangat senang mendengar vonis kejam itu dan berkata, “Sa‘d telah menghakimi berdasarkan Perintah Allah."[66] Dia sering memakai nama Allah bagi keputusan-keputusannya sendiri. Kali ini dia memilih Sa’d untuk mewujudkan keinginannya.

Al-Mubarakpouri menambahkan bahwa “Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu pantas mendapat hukuman itu karena pengkhianatan mereka terhadap Islam, dan sejumlah besar senjata yang mereka kumpulkan, yang terdiri dari seribu lima ratus pedang, dua ribu tombak, tiga ratus baju pelindung dan lima ratus perisai, yang semuanya jatuh ke tangan kaum Muslim.”

Al-Mubarakpouri lupa menyebutkan bahwa Banu-Quraiza telah meminjamkan senjata-senjata dan juga cangkul-cangkul mereka kepada kaum Muslim sehingga mereka bisa mengali parit dan membela diri mereka. Muslim tidak akan pernah berterima kasih kepada orang-orang yang menolong mereka. Mereka akan menerima pertolonganmu dan akan menikammu dari belakang begitu mereka tidak memerlukan engkau lagi. Akan kita lihat di bab berikutnya psikologi dari penyakit ini.

Sejarawan-sejarawan Muslim sangat cepat menjatuhkan tuduhan tak berdasar terhadap Banu Quraiza untuk membenarkan pembantaian mereka. Mereka menuduh Banu Quraiza licik, penghasut, pengkhianat dan bersiasat melawan Islam. Namun tidak ada bukti spesifik tentang dosa-dosa itu yang menyebabkan mereka layak menerima hukuman seberat itu dan juga pembantaian total. Parit-parit digali di bazaar di Madinah dan sekitar 600 – 900 orang dipenggal kepalanya dan badan mereka dibuang ke parit-parit itu.

Huyai Ibn Akhtab, kepala suku Banu Nadir yang anak perempuannya yang telah menikah, Safiya, diambil Muhammad sebagai jatah rampasan perangnya ketika dia menyerang Khaibar, termasuk di antara para tawanan itu. Dia dibawa menghadap si pemenang perang dengan tangannya diikat di belakang badannya. Dengan sangat beraninya dia menolak Muhammad dan lebih suka mati daripada menyerah kepada lelaki bengis itu. Dia diperintahkan untuk berlutut dan kepalanya dipenggal di tempat.

Untuk menentukan siapa yang harus dibunuh, anak-anak muda diperiksa. Yang telah tumbuh bulu kelaminnya dikelompokkan dengan para lelaki dewasa dan dipenggal kepalanya. Atiyyah al-Quriaz, seorang Yahudi yang berhasil lolos dari pembantaian itu menceritakan kemudian: “Aku termasuk di antara tawanan Banu Quraiza. Mereka (para Muslim) memeriksa kami, dan mereka yang telah mulai tumbuh bulu kelaminnya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku termasuk yang belum tumbuh bulu kelamin.”[67]

Muhammad membunuh dan mengusir beberapa suku Yahudi, termasuk di antaranya B. Qainuqa’, B. Nadir, B. Quraiza. B. Mustaliq. B. Jaun dan orang-orang Yahudi dari Khaibar. Di saat sekaratnya, dia memerintahkan para pengikutnya untuk membersihkan Semenanjung Arabia dari semua orang kafir,[68] perintah yang kemudian dilaksanakan oleh Omar, Kalifah kedua. Dia memusnahkan orang-orang Yahudi, Kristen dan pemuja berhala, memaksa mereka masuk Islam, minggat atau dibunuh.

Sekarang, diperkaya dengan harta rampokan, Muhammad dapat lebih bermurah hati kepada orang-orang yang percaya padanya. Anas mengisahkan, “Orang-orang dulunya terbiasa memberi beberapa dari kurma mereka kepada Nabi (sebagai hadiah), hingga dia menaklukkan Banu Quraiza dan Banu An-Nadir, saat mana dia mulai membayar balik kebaikan mereka.”[69]

Ayat berikut dalam Qur’an berbicara tentang pembantaian Banu Quraiza dan menyetujui penyembelihan Muhammad terhadap kaum lelaki mereka dan menjadikan kaum wanita dan anak-anak sebagai tawanan.

Dan dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. (Sura 33: 26)

Taqiyyah: Tipuan Suci

Di atas kita lihat bagaimana Muhammad memberi izin kepada para pengikutnya untuk berbohong, dan bahkan untuk mengatakan hal-hal yang buruk mengenai dirinya, untuk mendapatkan kepercayaan para korban mereka supaya dapat membunuh mereka. Masih banyak cerita lainnya mengenai bagaimana kaum Muslim berpura-pura bersahabat dengan orang kafir hanya untuk kemudian membunuh mereka, begitu mereka dipercayai.

Di Hudaibiyyah, Muhammad menandatangani perjanjian damai dengan orang-orang Mekkah, dan berjanji akan mengembalikan para pemuda dan budak yang melarikan diri mengikutinya. Ibn Ishaq mengisahkan cerita tentang Abu Basir, seorang dari Mekah, yang pergi kepada Muhammad setelah perjanjian ditandatangani. Muhammad merasa diwajibkan oleh perjanjian itu dan memberitahu Abu Basir, “Pergilah, karena Allah akan memberi kelegaan dan jalan pelarian bagimu dan orang-orang tak berdaya denganmu.”

Abu Basir mengerti. Dia kembali dengan para utusan. Mereka telah pergi sekitar enam mil dari Madinah ketika mereka berhenti untuk beristirahat. Abu Basir berkata, “Tajamkah pedangmu, wahai saudaraku?” Ketika orang itu mengiyakan, dia berkata bahwa dia hendak melihatnya. “Lihatlah jika engkau mau,” jawab orang itu. Abu Basir mengeluarkan pedang itu dari sarungnya dan menghunuskannya pada orang itu dan membunuhnya. Lalu dia menghadap Muhammad dan berkata, “Kewajibanmu telah dipenuhi dan Allah telah melenyapkannya darimu. Engkau telah menyerahkan aku kepada orang-orang itu, dan aku telah melindungi diriku dalam agamaku dari godaan.” Muhammad tidak menghukumnya atas pembunuhan itu, malahan memerintahkannya untuk pergi ke al-Is, sebuah daerah dekat pantai dalam perjalanan yang biasanya ditempuh orang-orang Quraish menuju ke Suriah, dan merampok karavan-karavan Quraish. Muhammad telah menandatangani perjanjian damai untuk tidak menyerang karavan Quraish, maka dia mencari jalan lainnya. Ibn Ishaq berkata, “Muslim-muslim yang terkurung di Mekkah mendengar bahwa apa yang dikatakan nabi pada Abu Basir, maka mereka pun bergabung dengannya di al-Is. Sekitar tujuh puluh orang bergabung dengannya dan mereka menyerang kaum Quraish, membunuh siapa saja yang mereka bisa dan menghancurkan tiap karavan yang lewat sehingga orang-orang Quraish menulis surat kepada nabi memohonnya untuk mengambil orang-orang itu atas dasar persahabatan, karena mereka tidak berguna lagi bagi orang-orang Quraish di Mekah. Maka Muhammad pun menjemput mereka dan mereka datang bersamanya ke Madinah.”[70]

Sejarah Islam dipenuhi pengkhianatan dan penipuan. Orang-orang ini adalah Muslim, dan karena itu mereka adalah tanggung-jawab Muhammad. Tapi dia malahan mencuci tangan dengan mengirim mereka ke tempat lain untuk merampok orang Mekkah. Dia membiarkan, dan bahkan mengizinkan perampokan itu. Walaupun begitu, Muslim-muslim mengklaim bahwa orang-orang Mekkahlah yang melanggar perjanjian damai. Berikut ini adalah salah satu contoh:

Ketika orang-orang Mekkah, bersama dengan suku-suku Arab lainnya, telah muak dengan penyerbuan dan pembunuhan Muhammad, mereka bersatu untuk menghukumnya. Namun, tidak seperti dia yang tidak pernah mengumumkan rencananya dan menyergap musuhnya tanpa peringatan, orang-orang non-Muslim ini memberi banyak peringatan kepada musuh mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi perang. Ini memberi Muhammad cukup waktu untuk mengali parit di sekitar kota Madinah. Tentara persatuan Arab ini belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya. Mereka berkemah di luar kota sambil berpikir bagaimana caranya menyeberangi parit-parit itu. Mereka meminta bantuan Banu Quraiza. Muhammad sangat waspada pada persekutuan seperti itu. Maka diapun bersiasat memecah belah mereka dan menciptakan rasa saling tidak percaya antara Banu Quraiza dan tentara persekutuan Arab. Seorang lelaki bernama Nu’aym baru saja mualaf, tetapi dia tidak mengumumkan kepindahan agamanya. Muhammad menyuruhnya menghadap dan berkata, “Kamu hanyalah salah seorang di antara kita, maka pergilah dan bangkitkan rasa saling tidak percaya di antara para musuh untuk menghalau mereka pergi dari kita jika engkau bisa, karena perang adalah tipu daya.” Berikut ini adalah kelanjutan cerita ini seperti yang dilaporkan oleh Ibn Ishaq. Ceritanya panjang tetapi penting untuk dibaca.

Nu’aym melakukan apa yang diperintahkan Muhammad kepadanya. Dia pergi kepada Banu Quraiza dengan siapa dia dulunya berteman dekat, dan mengingatkan mereka akan persahabatan mereka dan ikatan istimewa di antara mereka. Ketika mereka mengaku tidak mencurigai dia, dia pun berkata, “Quraysh dan Ghatafan tidak seperti kalian. Tanah ini milik kalian, harta kalian, anak dan istri kalian ada di sini. Kalian tidak boleh meninggalkannya dan pergi ke tempat lain. Sekarang orang-orang Quraysh dan Ghatafan telah datang bertempur melawan Muhammad dan pengikut-pengikutnya, dan kalian telah membantu mereka melawannya. Tetapi tanah mereka, harta mereka, dan istri mereka tidak ada di sini. Jadi mereka tidak seperti kalian. Jika mereka melihat kesempatan, mereka akan memanfaatkannya. Tetapi jika situasi memburuk, mereka akan kembali ke tempat mereka dan meninggalkan kalian menghadapi Muhammad di negara kalian sendiri, dan kalian tidak akan mampu melakukannya sendirian. Jadi janganlah berperang dengan orang-orang itu sebelum kalian menyandera kepala suku mereka yang harus tetap berada di tangan kalian sebagai jaminan keselamatan supaya mereka akan berperang melawan Muhammad bersama kalian, hingga kalian bisa menghabiskannya.” Orang-orang Yahudi itu berkata bahwa itu adalah nasihat yang bagus sekali.

Lalu dia pergi kepada orang-orang Quraish dan berkata kepada Abu Sufyan b. Harb dan pengikutnya, “Kalian tahu rasa sayangku pada kalian, dan bahwa aku telah meninggalkan Muhammad. Aku telah mendengar sesuatu yang aku rasa adalah tugasku untuk memberitahu kalian sebagai peringatan, tetapi rahasiakan itu.” Ketika mereka setuju untuk merahasiakannya, dia pun melanjutkan, “Dengarlah. Orang-orang Yahudi menyesal telah melawan Muhammad dan telah mengutus orang untuk menyampaikan pesan berikut kepadanya, “Sukakah engkau jika kami menangkap kepala suku kedua suku Quraysh dan Ghatafan dan menyerahkan mereka kepadamu supaya bisa kau penggal kepala mereka? Lalu kami akan bergabung denganmu memusnahkan mereka.” Muhammad telah membalas dan menerima tawaran mereka itu. Maka jika orang-orang Yahudi meminta sandera, jangan kirim seorangpun.”

Lalu dia pergi kepada suku Ghatafan dan berkata, “Kalian sedarah-daging denganku dan adalah keluargaku, orang-orang yang paling kukasihi, dan aku rasa kalian tidak akan mencurigai aku.” Mereka setuju bahwa dia tidak pantas dicurigai, dan dia pun lalu menceritakan hal yang sama seperti yang diceritakannya kepada suku Quraysh."[71]

Siasat ini berhasil. Ketika tentara persekutuan Arab meminta Banu Quraiza untuk bergabung dengan mereka untuk menyerang, mereka mencari alasan dan malah sebaliknya meminta suku Quraish meninggalkan beberapa orang sebagai sandera, yang mengkonfirmasikan apa yang telah Nu’aym katakan. Tentara persekutan Arab menjadi kecil hati dan pergi tanpa sepatah katapun.

Tipu daya ini menyelamatkan Muslim dari kekalahan yang sudah pasti. Ini menjadi pelajaran bagi kaum Muslim, yang sejak saat itu memasukkan pengkhianatan dan penipuan sebagai strategi mereka dalam berjihad. Dalam satu hadist kita baca:

Hajaj Ibn ‘Aalat berkata: Wahai Rasul Allah. Aku punya harta berlebihan di Mekkah dan beberapa sanak keluarga, dan aku ingin mengambil balik semua itu. Apakah aku diizinkan untuk berburuk kata tentang engkau (untuk menipu orang-orang non-Muslim)?” Nabi mengizinkan dia dan berkata, “Katakan apa saja sesukamu."[72]

Orang-orang Muslim datang ke negara Barat dan berpura-pura menjadi Muslim moderat. Mereka mengatakan apa saja yang hendak kamu dengar, tetapi secara rahasia mereka berkomplot untuk menghancurkanmu. Mereka tersenyum dan menjabat tanganmu; mereka bersahabat dan ramah, bahkan berpura-pura mencintai negaramu dan bertingkah seakan-akan mereka patriotik. Namun, tujuan mereka hanyalah untuk membuat Islam dominan. Mereka hanya membual saja, tapi tidak akan melakukan yang mereka katakan.

Berbohong adalah satu strategi untuk memajukan Islam yang disebut taqiyyah atau “penipuan suci”. Dalam taqiyyah, seorang Muslim diizinkan berbohong atau mengatakan sesuatu untuk menipu orang non-Muslim dan memperdayakan mereka.

Salah satu tujuan utama, dan taktik yang terus menerus dipakai oleh mereka yang ahli bertaqiyyah, adalah meremehkan ancaman Islam. Tujuannya adalah untuk menipu calon korban bahwa jihad tidak ditujukan pada mereka. Dalam bukunya, “Tiada Tuhan selain Allah” Reza Aslan menggunakan seni tipu daya Islam, ketika dia berkata, “Yang terjadi sekarang di Negara Islam adalah konflik internal antara para Muslim, bukan perang eksternal antara Islam dan Negara Barat.” Lebih lanjut dia menulis, “Negara barat hanyalah pengamat belaka, yang tidak waspada tetapi menjadi korban tak sengaja dari permusuhan yang bergejolak dalam Islam tentang siapakah yang akan menulis bab berikutnya dalam kisahnya.” Maaf, tampaknya kita telah membangun New York, Pentagon, London, Madrid dan Beslan di tengah medan perang para Muslim. Mr. Aslan menggunakan siasat tipu daya Islam terhebat, namun dia diminta pendapatnya oleh reporter CNN Anderson Cooper tentang kunjungan Paus ke Turki, seakan-akan dia itu seorang pengamat yang netral.

Satu taqiyaah lucu yang sering digunakan lelaki Muslim untuk menggoda wanita barat adalah bahwa “Dalam Islam wanita diperlakukan seperti ratu.” Aku masih belum pernah melihat di negara mana ratunya dikatai sebagai kurang dalam kecerdasan, dipukuli, dirajam dan bahkan dibunuh demi kehormatan keluarga.

Jika seorang muslim tersenyum padamu, dan memberitahu kamu betapa dia sangat mencintai negaramu dan betapa inginnya dia menjadi temanmu, ingatlah hadist berikut ini:

(Sesungguhnya) kami tersenyum pada beberapa orang, sementara hati kami mengutuk orang-orang (yang sama) itu. [73]



[1] Qur’an Sura 93 ayat 3-8 (Terjemahan-terjemahan Qur’an dalam buku ini berasal dari terjemahan Yusuf Ali atau juga Shakir.)

Tulisan saya bukanlah mengenai naskah-naskah suci Islam, tetapi secara langsung berdasarkan naskah-naskah itu. Kutipan-kutipan saya diambil dari Qur’an dan Hadith. Makna Qur’an bukanlah hasil karya manusia, tapi perkataan Allah sendiri dari awal hingga akhirnya. Ahadith (bentuk jamak dari Hadith) adalah pendek, kumpulan anekdot dan perkataan tentang Muhammad yang dipandang penting oleh orang Muslim bagi pemahaman dan praktek agama mereka.Tidak penting bagi saya untuk mendiskusikan dalam buku ini sejumlah besar pertanyaan yang dimunculkan oleh Quran dan Hadith, penerjemahannya ke dalam bahasa-bahasa lain,atau perdebatan mengenai perbedaan-perbedaan tipis dalam teks-teks tersebut. Demi tercapainya tujuan buku ini, teks-teks yang saya kutip akan berbicara untuk dirinya sendiri. Saya telah mengambilnya dari banyak sumber yang dapat dipercaya."

[2] Muhammad punya empat putri dan tiga putra. Semua anak laki meninggal waktu masih kecil. Anak-anak perempuannya mencapai usia dewasa dan menikah, tapi semuanya meninggal di usia muda. Putrinya yang terkecil meninggalkan dua orang putra. Putri bungsu ini hanya lebih tua enam bulan daripada usia Muhammad saat meninggal.

[3] Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang lahir dari ibu yang menderita gejala-gejala tekanan jiwa sewaktu mengandung dan setelah melahirkan, mengalami peningkatan jumlah cortisol dan norepinephrine, rendah jumlah dopamine, dan lebih tidak simetris EEG kanan depan. Bayi-bayi dari kelompok penderita depresi sewaktu hamil menujukkan kecenderungan asimetri EED kanan depan dan lebih tinggi jumlah norepinephrine. Data ini menyatakan efek psikologi bayi tergantung lebih banyak pada keadaan jiwa ibu sewaktu mengandung daripada setelah melahirkan tapi juga tergantung dari lamanya depresi. ncbi.nlm.nih.gov

[4] www.health.harvard.edu/newsweek/Depression_during_pregnancy_and_after_0405.htm

[5] Sirat Ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira2 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). (Hijra adalah pindahnya Muhammad ke Medina dan dimulainya awal penanggalan Arab), Dialah penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa perang-perangnya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut "Sirat al-Nabi" ("Kisah Hidup sang Nabi"). Buku ini telah hilang. Akan tetapi, kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan dari Ibn Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini dikutip oleh Tabari (838–923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur'an.

[6] W. Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal. 36)

[7] Tabaqat Ibn Sa'd p. 21 . Ibn Sa'd (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori-kategori). Yang pertama adalah kisah hidup Muhammad (Vol. 1), lalu perang-perangnya (Vol. 2), pengikut-pengikutnya di Mekah (Vol. 3), pengikut-pengikutnya di Medinah (Vol. 4), cucu-cucunya, Hassan dan Hussein dan tokoh-tokoh Muslim yang utama (Vol. 5), pengikut-pengikut dan sahabat-sahabat Muhammad (Vol. 6), pengikut penting berikutnya (Vol. 7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol. 8 ). Kutipan-kutipanTabaqat yang digunakan di buku ini diambil dari terjemahan dalam bahasa Persia oleh Dr. Mahmood Mahdavi Damghani. Publisher Entesharat-e Farhang va Andisheh. Tehran, 1382 solar hijra (2003 A.D.).

[8] Tabaqat Volume 1, page 107

[9] The Life of Muhammad by Sir. William Muir Volume II Ch. 1. P. XXVIII

[10] Katib al Waqidi, p. 22

[11] Tabaqat Vol I. P 108,

[12] The Life of Muhammad by Sir. William Muir Vol. II Ch. 1. P. XXXIII

[13] Sirat, Ibn Ishaq page. 195

[14] Abu Abdullah Muhammad Bukhari (c. 810-870) adalah seorang pengumpul hadis atau sunnah, (kumpulan perkataan dan perbuatan Muhammad). Buku kumpulan hadisnya dianggap paling terkemuka. Dia menghabiskan waktu enambelas tahun untuk mengumpulkannya, dan berhasil mendapat 2.602 hadis (9.082 hadis yang diulang isinya oleh sumber pencerita lain). Persyaratan yang ditetapkannya untuk menentukan keaslian hadis sangat ketat dan karenanya kumpulan hadisnya disebut Sahih (tepat, benar). Ada dua ilmuwan Islam lainnya yakni Abul Husain Muslim dan Abu Dawood yang bekerja dengan cara sama seperti Bukhari dalam mengumpulkan hadis. Sahih Bukhari, Sahih Muslim and Sunnan Abu Dawood diakui oleh masyarakat Muslim pada umumnya, terutama Muslmi Sunni, sebagai literatur tambahan bagi Qur’an.

[15] Bukhari: Volume 4, Book 56, Number 762:

[16] Tabaqat Volume I, hal.191

[17] Qur’an, 53:19-22

[18] Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 207

[19] Al-Dalaa’il, 2/282

[20] Sir William Muir: The Biography of Mahomet, and Rise 0f Islam.
Bab IV hal. 126

[21] Sura 4:97: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali

[22] Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol. 2, chap. 5,. p. 162.

[23] Beberapa jilid puisi yang dikumpulkan oleh Abu al-Faraj Ali dari Esfahan. Kumpulan ini terdiri dari puisi-puisi dari literatur Arab tertua mulai dari abad ke 9 M. Ini merupakan sumber keterangan penting tentang masyarakat Islam kuno..

[24] Sirat Ibn Ishaq, P.197

[25] Jalal al-Din al-Suyuti menulis: “sekelompok orang dari Mekkah masuk Islam dan beriman; sebagai akibatnya, para sahabat di Mekkah menulis surat kepada mereka dan meminta mereka untuk melakukan hijrah; karena jika mereka tidak mau, maka mereka tidak dianggap sebagai Muslim. Mereka setuju dan meninggalkan Mekkah tapi kemudian segera disergap orang-orang kafir (Quraish) sebelum mencapai tujuan; mereka dipaksa murtad, tapi tidak mau.” [Jalal al-Din al-Suyuti "al-Durr al-Manthoor Fi al- Tafsir al-Ma-athoor," vol.2, p178;]

Suyuti menulis di salah satu Hadis Rasul Allâh berkata, “Tiada Hijra (dari Mekah ke Medina) setelah Mekkah ditaklukan, tapi Jihad dan tujuan baik tetap dilakukan; dan jika kau diperintahkan (oleh pemimpin Muslim) untuk berperang, maka segeralah berperang.”

Ini menunjukkan bahwa sebelum Mekkah ditaklukan, hijrah ke Mekkah merupakan kewajiban bagi Muslim. Ini merupakan bukti tambahan bahwa Muslim dipaksa Muhammad untuk meninggalkan rumah-rumah mereka, sedangkan sanak keluarga mereka berusaha berbagai cara untuk mencegah orang-orang yang mereka kasihi mengikuti Muhammad.

Jalal al-Din al-Misri al-Suyuti al-Shafi`i al-Ash`ari, yang dikenal juga sebagai Ibn al-Asyuti (849-911) adalah imam mujtahid imam dan pembaharu Islam abad ke 10. Dia adalah ahli hadis, hukum Islam, Sufi, filologis, dan sejarah. Karyanya terdapat di setiap ilmu pengetahuan Islam.

[26] Sura 8:69. Juga lihat Sura 8:74: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah (untuk membela Islam) dan orang-orang (Ansar) yang memberi tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu), merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia..” Orang yang tidak mengenal gaya tulis Muhammad (sebenarnya, melafal, karena dia buta huruf) mungkin heran bagaimana perintah merampok orang lain bisa selaras dengan perintah takut akan Allâh. Tapi mereka yang dapat membaca Qur’an dalam bahasa Arab bisa menemukan irama suara yang serupa, dan Muhammad sering menambah kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak pada tempatnya, seperti “takut akan Allâh,” “Allah maha pengampun,” “Dia yang maha tahu lagi bijaksana,” dll., hanya untuk membuat ayatnya terdengar berirama sama. Sikap takut akan kemarahan Tuhan tapi di waktu yang sama melakukan perampokan dan pembunuhan atas orang-orang tak berdosa merupakan dua hal yang bertentangan. Dengan menyamakan Tuhan dengan tindakan perampokan, pembantaian, dan pemerkosaan, Muhammad telah menurunkan standar moral pengikutnya yang menghalalkan perbuatan jahat. Perampokan diubah jadi perampokan suci, pembunuhan diubah jadi pembunuhan suci, dan kejahatan diperintahkan dan bahkan dimuliakan. Dia meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka yang berperang demi Islam akan dapat hadiah, tidak hanya hadiah jarahan perang tapi juga pengampunan dosa-dosa mereka.

[27] Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Tîmûr-i-lang dalam The History of India as Told by its own Historians. The Posthumous Papers of the Late Sir H. M. Elliot. John Dowson, ed. 1st ed. 1867. 2nd ed., Calcutta: Susil Gupta, 1956, vol. 2, pp. 8-98.

[28] Qur’an, Bagian 47, Ayat 38: “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)

[29] Lihat juga Qur’an bagian 63, ayat 10.

[30] Dalam sebuah laporan yang diumumkan kepada umum oleh Pengadilan Pemerintah di Virginia pada tanggal 19 Agustus, 2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim menyumbang $3,7 juta kepada BMI, Inc., yang adalah perusahaan investasi Islam swasta di New Jersey dan perusahaan ini diduga menyalurkan uang kepada kelompok-kelompok teroris. Uang itu adalah bagian dari sumbangan $10 juta dari berbagai donatur tanpa nama di Jeddah, Arab Saudi. http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563

Juga di tanggal 27 July, 2004, Departemen Pengadilan A.S. mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim terbesar dalam negeri dan tujuh dari tokoh-tokoh utama dituduh menyalurkan uang sebesar $12,4 juta selama enam tahun kepada orang-orang dan kelompok-kelompok yang berhubungan dengan Gerakan Perlawanan Islam atau Hamas, yang adalah kelompok Palestina yang dianggap Pemerintah A.S. sebagai organisasi teroris. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A18257-2004Jul27.html

[31] Juga lihat Qur’an, Bagian 8, Ayat 72: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah … Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Juga Qur’an Bagian 8, Ayat 74: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.

[32] http://metimes.com/articles/normal.php?StoryID=20060918-110403-1970r

[33] http://www.faithfreedom.org/debates/Ghamidip18.htm

[34] Tabaqat, Vol. 2, pp. 1-2.

[35] William Muir, Life of Muhammad Volume II, Chapter 2, Page 6.

[36] Sahih Bukhari, Vol. 3. Book 46, Number 717

[37] Ibid.

[38] Sahih Muslim Book 019, Number 4321, 4322 and 4323:

[39] Sahih Muslim Book 019, Number 4292:

[40] http://66.34.76.88/alsalafiyat/juwairiyah.htm

[41] Aisha mengisahkan bahwa Sauda melepaskan jatah gilirannya siang dan malam bagi Aisha untuk bermesraan dengan Rasul Allâh [Bukhari Volume 3, Book 47, Number 766]

[42] Muhammad ibn Jarir al-Tabari (838–923) adalah salah satu sejarawan Persia yang paling terkemuka dan terkenal dan penafsir Qur’an, karyanya yang paling terkenal adalah Tarikh al-Tabari dan Tafsir al-Tabari.

[43] Tabari dalam bahasa Persia, Vol. IV, hal. 1298.

[44] Bukhari Volume 3, Book 34, Number 310:

[45] Bukhari, Volume 5, Buku 59, Nomer 459. Banyak hadis sahih menyatakan bagaimana Muhammad mengijinkan hubungan seks dengan budak-budak wanita, tapi tidak perlu melakukan azl/coitus interruptus karena jika Allâh memang mau seseorang untuk lahir, maka jiwa orang itu akan lahir meskipun dilakukan azl/coitus interruptus.

Lihat juga hadis sahih di bawah ini:

Bukhari 3.34.432: “Dikisahkan oleh Abu Saeed Al-Khudri: ketika dia duduk bersama Rasul Allâh dia berkata, “Wahai Rasul Allâh! Kami memiliki tawanan-tawanan wanita sebagai jatah jarahan perang, dan kami ingin tertarik mengetahui harga mereka, apakah pendapatmu tentang azl/coitus interruptus?” Sang Nabi berkata, “Apakah kau memang melakukan itu? Sebaiknya jangan. Jiwa yang sudah ditakdirkan Allâh untuk ada, akan tetap ada.”

Sahih Muslim juga dianggap sahih oleh semua Muslim. Inilah hadis Sahih Muslim 8.3381: “Rasul Allâh (s.a.w.) ditanyai tentang azl/coitus interruptus dan dia menjawab: Seorang anak tidak terbentuk dari semua cairan (sperma) dan jika Allâh memang merencanakan menciptakan sesuatu maka tiada yang dapat mencegahnya.”

Kaum Muslim juga menganggap hadis Abud Daud sahih. Inilah hadis sahih Abu Daud, 29.29.32.100: “Yahya mengisahkan padaku dari Malik dari Humayd ibn Qays al-Makki bahwa seorang pria bernama Dhafif berkata bahwa Ibn Abbas ditanyai tentang azl/coitus interruptus. Dia memanggil seorang budak wanita dan katanya, ‘Katakan pada mereka.’ Budak wanita itu merasa malu. Ibn Abbas berkata, ‘Baiklah, aku katakan sendiri.’ Malik berkata, ‘Seorang pria tidak melakukan coitus interruptus dengan wanita merdeka kecuali jika wanita itu mengijinkannya. Tidak ada salahnya melakukan coitus interruptus dengan seorang budak wanita tanpa ijin darinya. Seseorang mengawini budak orang lain tidak melakukan coitus interruptus dengannya kecuali jika kalangan budak wanita itu memberinya ijin.”

Juga lihat Bukhari 3.46.718, 5.59.459, 7.62.135, 7.62.136, 7.62.137, 8.77.600, 9.93.506 Sahih Muslim 8.3383, 8.3388, 8.3376, 8.3377, dan banyak lagi.

[46] Qur’an, 4:24: “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu..”

Qur’an, 33:50: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu,”

Qur’an, 4:3: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

[47] Sirat Rasul Allâh, p. 515.

[48] Sahih Bukhari, 1.8.367

Dalam hadis ini diterangkan bagaimana kaum Muslim menyerang kota Khaibar sewaktu subuh dan saat itu masyarakat Khaibar tidak siap. “Yakhrab Khaibar” (Khaibar hancur) kata Muhamad, sewaktu dia menaklukan benteng satu demi satu: “Allahuakbar! Memang jika aku menyinari tepi daerah masyarakat manapun, maka hancurlah mereka hari itu juga!"

Setelah menaklukan kota itu, maka tiba waktunya bagi-bagi jatah harta jarahan. Dihya, salah seorang tentara Muslim, menerima Safiya sebagai bagian jatahnya. Ayah Safiya adalah ketua suku Yahudi Bani Nadir yang dipancung kepalanya atas perintah Muhammad tiga tahun sebelumnya. Setelah Khaibar ditaklukkan, suami Safiya yang masih muda yang bernama Kinana disiksa dan dipancung atas perintah Muhammad pula. Seseorang memberitahu Muhammad bahwa Safiya sangatlah cantik. Lalu Muhammad menawarkan Dihya dua gadis pengganti yakni saudara-saudara sepupu Safiya, dan lalu mengambil Safiya bagi dirinya sendiri.

[49] Bukhari, 5.59.369

[50] The Kitab al Tabaqat al kabir, Vol. 2, p 31

[51] From pp. 675-676 of The Life of Muhammad , which is A. Guilaume’s translation of Sirat Rasul Allâh.

[52] Ibid.

[53] Ibn Sa’d menulis versi lain kisah ini: “Bint Marwan, dari Banu Umayyah ibn Zayd, di hari ke lima bulan Ramadhan, di awal bulan ke sembilan belas setelah Rasul Allâh hijrah. `Asma adalah istri Yazid ibn Zayd ibn Hisn al-Khatmi. Dia biasa mengejek Islam, menyinggung sang Nabi dan membujuk orang-orang melawannya. Dia menulis puisi. Umayr Ibn Adi datang padanya di suatu malam dan masuk rumahnya. Anak-anaknya tidur di sekitarnya. Ada seorang bayinya yang sedang disusuinya. Dia (Umayr) merabanya dengan tangannya karena dia buta, dan memisahkan bayi itu darinya. Dia menusukkan pedangnya ke dadanya (`Asma) sampai menembus punggungnya. Lalu dia melakukan sembahyang subuh bersama sang Nabi di al-Medina. Rasul Allâh berkata padanya: ‘Sudahkah kau membunuh anak perempuan Marwan?’ Dia berkata: ‘Ya. Apakah ada lagi yang harus kulakukan?’ Dia (Muhammad) berkata: ‘Tidak. Dua kambing tidak sudi bertumbukan baginya.’ Inilah kata-kata yang pertama didengar dari Rasul Allâh. Rasul Allâh menjulukinya `Umayr, ‘basir’ (yang melihat).” -- Ibn Sa`d's in Kitab al-Tabaqat al-Kabir, diterjemahkan oleh S. Moinul Haq, Vol. 2, hal. 24

[54] Qur’an 3:151 “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.”

[55] Bukhari, 4.52.220.

[56] Bukhari Volume 4, Book 52, Number 261:

[57] From Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, (1976), pp. 100-107 By W. N. Arafat

[58] Quran, 2:65, 5:60, 7:166

[59] Ibn Ishaq Sirat, p. 363

[60] Ibid.

[61] AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri http://islamweb.islam.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM

[62] Ibn Ishaq irat, p. 438

[63] AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri http://islamweb.islam.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM

[64] Ibid.

[65] Ayatollah Khomeini: pidato yang disampaikannya pada peringatan kelahiran Muhammad, pada 1981.

[66] Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 280:

[67] Sunan Abu-Dawud Book 38, Number 4390. Sunan Abu-Dawud adalah suatu kumpulan lain dari hadith yang dianggap sahih.

[68] Bukhari Volume 4, Book 52, Number 288

[69] Bukhari Volume 4, Book 52, Number 176

[70] Kisah ini juga dilaporkan dalam Tabari, Vol 3, Page 1126

[71] Ibn Ishaq, Sirat, Battle of Trench

[72] Sirah al-Halabiyyah, v3, p61,

[73] Sahih al-Bukhari, v7, p102

4 komentar:

  1. Kasihan saudara2 muslim yg telah dibohongi, berbahagialah mereka yg sadar dan rendah hati untuk mencari kebenaran sejati dari Sang Pencipta

    BalasHapus
  2. Hampir semua ayat-ayat Qur'an yang dinukilkan di tulisan ini tidak tepat dan tidak benar. Sebelum menukilkan ayat-ayat Qur'an dalam tulisan anda, agar tepat dan benar, Anda harus melakukan konfirmasi dan recek kepada ahlinya, untuk memastikan tepat atau benarkah penggunaan ayat-ayat Qur'an pada masing-masing topik (alenia) tulisan Anda. Saya bukan ahli Qur'an, tapi saya tertawa membaca tulisan Anda. Ini konyol, sama sekali tidak ilmiah.

    BalasHapus
  3. Gila benar...!!!sangat sangat memalukan dan mengerikan..!!!

    BalasHapus
  4. Nabi palsu yg sangat haus darah dan sangat lihai menipu.kemujizatan muhammad adalah membelah bulan..???? Apakah karena itu terjadi bulan sabit????? Mengaoa muhammad merusak ciptaan allah dgn membelah bulan menjadi 2 ..???? Benarkah bulan dibelah muhammad ...???? Dan mengapa tidak ada tertulis di alquran..???? Klu bulan terbelah 2..?? Itu berarti puasa hanya 15 hari bukan satu bulan.!!! Ha...ha...ha...ha...dan benarkah di surga itu banyak bidadari yg dijatahkan allah 72 bidadari/ laki laki untuk bercinta????

    BalasHapus